Lihat ke Halaman Asli

Suka Duka Sistem Pendidikan di Indonesia akibat Covid-19

Diperbarui: 16 Juli 2021   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bulan Desember 2019 menjadi bulan akhir yang pedih. Pada bulan tersebut dunia dihebohkan dengan kemunculan virus corona yang tak kita duga. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kejadian tersebut pertama kali muncul di Wuhan, China. Wuhan Municipal Health Committee telah mengeluarkan pendapat "urgent notice on the treatment of pneumonia unknown cause" (Hanoatubun, 2020).

Virus ini dapat ditularkan melalui hewan dan manusia. Awalnya virus ini di duga sebagai virus pneumonia karena gejalanya yang hampir serupa. Penderita akan mengalami gejala seperti demam, pilek, batuk kering, dan merasakan sesak yang di diagnosis sebagai gejala infeksi virus pneumonia. Namun, seiring berjalannya waktu, peneliti mengatakan bahwa ini adalah virus corona.

Penyebaran virus corona sangat cepat. Data terkini per 2 Juli tercatat ada 182.319.261 kasus terkonfirmasi dengan 3.954.324 kematian di berbagai dunia (WHO, 2021). Sedangkan di Indonesia sendiri hingga saat ini tercatat 2.256.851 kasus terkonfirmasi dengan 60.027 kematian (Kemenkes RI, 2021). Dikarenakan jumlah kasus yg terkonfirmasi setiap harinya mengalami kenaikan, maka pemerintah memberlakukan lockdown.

Pandemi covid-19 menyebabkan dampak yang besar terhadap aspek kehidupan manusia, terutama dalam aspek pendidikan. Pemerintah memberlakukan physical distancing dan work from home untuk memutus rantai virus corona. Oleh karena itu, Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) dilakukan dari rumah. Metode ini kurang efektif karena keterbatasan penyampaian materi. Akibatnya, banyak siswa mengeluh dengan tugas-tugas yang diberikan (Siahaan, 2020).

Kendala lain yang terjadi yaitu keterbatasan kuota dan jaringan. Selain itu, tidak semua orang memiliki smartphone canggih. Bagi siswa yang tinggal di desa, kendala yang utama adalah gangguan keterbatasan signal atau kondisi signal yang buruk. Terlebih lagi belajar dari rumah pasti membutuhkan pengawasan orang tua, sehingga orang tua harus membagi waktu untuk melakukan pekerjaannya (Atsani, 2020).

Kondisi psikologis siswa juga terkena dampak. Munculnya rasa takut akan kegagalan dalam akademiknya akan membuat mereka berada dalam tekanan. Apalagi dalam belajar dari rumah ini harus membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk menyerap pelajaran. Hal ini dapat menyebabkan stres akademik (Kusumawati, 2020).

Dari kendala-kendala tersebut, kita harus menciptakan solusi yang terbaik guna tercapainya pendidikan yang berkualitas. Seluruh masyarakat dan pemerintah harus berperan. Pertama, pemerintah diharapkan memanfaatkan media sosial menjadi ruang pembelajaran agar terciptanya keseimbangan ilmu antara yang di kota dan di desa (Matdio, 2020). Lalu pemerintah dapat memberikan fasilitas kepada masyarakat yang membutuhkan.

Kedua, pendidik harus lebih mengembangkan kreativitasnya dalam mengajar. Dengan metode mengajar yang kreatif, maka siswa pasti akan lebih mudah menyerap pelajaran. Juga siswa akan lebih tertarik dengan pelajaran tersebut, sehingga tidak ada kata tertekan dalam belajar. Psikologis siswa akan lebih stabil. Juga memberikan kelonggaran waktu untuk tugas yang diberikan.

Ketiga, orang tua harus menanamkan pola pikir positif kepada anak. Tanamkanlah pola pikir bahwa pandemi ini merupakan pola hidup baru yang harus kita biasakan. Orang tua juga harus menjadi mentor yang baik saat anak dalam keadaan senang maupun sulit (Matdio, 2020). Karena orang tua adalah yang terdekat dengan anak, maka orang tua harus menjadi penyalur semangat dan siap sedia mendengarkan keluh kesah anak.

Keempat, siswa juga harus mengubah pola hidup dan pola pikir menghadapi pembelajaran online. Jangan sampai tidak menghadiri kelas dan tidak mengerjakan tugas yang diberi. Kita semua harus turut andil dalam membuat transformasi pembelajaran yang baik. Dengan begitu, tidak ada lagi keluhan yang ditimbulkan.

Harapannya setelah pandemi berakhir, pendidik, siswa, maupun masyarakat dapat menguasai dan mengikuti perubahan industri 4.0 ini. Walaupun sekarang masih banyak yang belum siap, namun kita harus mampu mengikuti perubahan zaman. Jika di lihat dari sisi positifnya, pembelajaran online ini cukup efektif karena menuntut kita untuk lebih menguasai teknologi, sehingga masyarakat jadi berpikir lebih maju. Pola pikir yang maju ini diharapkan dapat mengubah negara kita menjadi negara yang maju juga. Semoga pandemi ini cepat berakhir dan keadaan kembali normal. Serta kita semua diberi kesehatan yang cukup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline