Lihat ke Halaman Asli

Menelusuri Jejak Ibu Sunan Giri di Lamongan

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berwisata religi bisa dilakukan dengan banyak cara. Mengunjungi makam-makam para pendahulu yang berjasa dalam penyebaran agama Islam, misalnya. Jika selama ini kita sering berziarah  ke makam-makam sunan, bagaimana jika sekali-kali kita berziarah ke makam-makam ibu para sunan, orang yang berjasa melahirkan mereka.

Di Lamongan kita bisa melakukan hal ini. Bukan di makam ibu Sunan Drajat, satu-satunya Wali Songo di Lamongan, bukan juga ke makam ibu Sunan Sendang Duwur, melainkan ke makam ibu dari Sunan Giri, sunan yang menyebarkan agama Islam di Gresik.

Loh, bagaimana sunan yang menyiarkan agama Islam di Gresik, makam ibunya bisa berada di Lamongan? Nah, jadi begini ceritanya.

Cerita berawal dari Kerajaan Blambangan di bawah pimpinan Raja Minyak Senguru yang didera sebuah musibah. Putri cantik raja, Dewi Sekardadu, mengidap penyakit ganas yang sukar disembuhkan. Meski imbalannya cukup mengiurkan, yakni kalau lelaki akan dinikahkan dengan putri cantik tersebut, dan apabila perempuan akan dijadikan saudara Dewi Sekardadu, namun, tidak ada seorang tabib pun yang bisa mengobati.

Hingga akhirnya datang Maulana Ishaq dari Lempo (Aceh). Sebelum mengobati Dewi Sekardadu, ia memberikan syarat kepada raja. Ia ingin seluruh kerajaan mengikuti agamanya, agama Islam.

Raja yang ingin anaknya sembuh mengiyakan saja. Dewi Sekardadu pun sembuh dan seperti janji raja, Maulana Ishaq menikah dengan putrinya itu.

Dua  tahun berselang, Dewi Sekardadu sedang hamil 4 bulan. Saat itu raja ingin mengusir Maulana Ishaq dari kerajaan. Rasa setengah hatinya menjadi muslim menjadi penyebabnya. Merasa tidak bisa melanjutkan siar sebebas dulu lagi, Maulana Ishaq pamit untuk siar agama ke arah timur.

Setelah 19 bulan 9 hari mengandung, Dewi Sekardadu melahirkan seorang bayi lelaki. Usia kandungannya memang tergolong lama. Saat itu di wilayah Blambangan sedang gempar-gemparnya pembunuhan bayi lelaki oleh kerajaan. Ini merupakan muslihat agar tidak ada keturunan dari Maulana Ishaq yang mewarisi tahta kerajaan. Agar tidak dibunuh, Dewi Sekardadu meminta pembantu kerajaan untuk menghanyutkan bayinya ke sungai.

Di Desa Dagang ibu dan anaknya bertemu

Sudah 15 tahun berlalu, Dewi Sekardadu pergi meninggalkan kerajaan untuk mencari Maulana Ishaq dan anaknya. Selain itu, ia juga tidak mau dinikahkan dengan anak Mahapati.  Dewi Sekardadu berangkat ditemani dua orang pembantu kerajaan.

Dari sini banyak versi cerita bermunculan. Salah satunya versi yang mengatakan bahwa bayi Dewi Sekardadu tidak dihanyutkan di sungai, tapi dihanyutkan di laut. Lalu ia terdampar di pantai Gresik dan dipungut oleh warga sekitar. Dewi Sekardadu yang pergi mencarinya meninggal, jasadnya terdampar di pantai Buduran, Sidoarjo. Inilah cerita yang meyakinkan banyak orang bahwa jasad Dewi Sekardadu dimakamkan di Sidoarjo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline