Lihat ke Halaman Asli

Belajar Arti Kemerdekaan dari anak-anak

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

                  Merdeka, Merdeka, Merdeka, teriakan sekelompok anak-anak yang lagi main sepede yang dihiasi dengan kertas warna warni serta bendera merah putih telah membuyarkan lamunanku pagi ini. Kusisihkan waktuku beberapa menit untuk menyaksikan pawai anak-anak itu mereka semua lucu-lucu. Banyak diantara anak-anak itu yang masih berumur balita yang masih menggunakan sepeda dengan roda tambahan di samping kanan kiri sepedanya agar tidak terjatuh. Yang paling menarik tentunya adalah semangat yang terpancar dari wajah-wajah mereka, semangat keceriaan. Aku sangat yakin bahwa kecerian mereka karena hati mereka betul betul merasa merdeka. Mereka terbebas dari tekanan stres akibat beratnya beban hidup. Tekanan yang banyak menimpa bapak-bapak dan ibu-ibu mereka.

                Andaikan hati kita bisa ditukar dengan hati anak anak itu alangkah bahagianya kita, alangkah merdekanya kita, pasti hidup ini terasa sangat indah. Tapi itu pastilah sesuatu yang mustahil untuk bisa menukar hati kita dengan hati anak-anak yang masih polos. Jadi intinya hati kita tidak ceria karena hati kita tidak polos lagi ? betulkah?. Yah hati kita sudah teracuni dengan berbagai keinginan-keinginan dan harapan-harapan. Jika keinginan-keinginan dan harapan-harapan itu tidak terpenuhi maka hati kita menjadi lebih tertekan, menjadi lebih kuatir dan menjadi lebih takut. Jika sebaliknya keinginan-keingina dan harapan-harapan kita terpenuhi kita akan menjadi senang dan bersuka cita tapi itu hanya akan sesaat kerena beberapa saat berikutnya keinginan-keinginan dan harapan-harapan yang baru akan muncul dan kembali lagi menekan dan membuat kita stres. Banyak diantara kita yang untuk melayani keinginan-keinginan dan harapan-harapannya rela untuk melacurkan diri. Yah melacurkan diri adalah awal dari penindasan dan penjajahan terhadap diri sendiri.

                Kita bisa merunut asal mula dari penjajahan dan penindasan terhadap diri sendiri yaitu, timbulnya keinginan, kemudian keinginan tidak terpenuhi, timbullah tekanan-tekanan yang berujung pada stres, rasa stres ini akan memicu kita untuk berbuat lebih, jika dengan berbuat lebih ternyata belum bisa membuat keiginan-keinginan kita terpenuhi akan banyak hal yang bisa terjadi, sekali lagi banyak diantara kita yang rela untuk melacurkan diri untuk memenuhi keinginan-keinginannya.

                Keterjajahan kita secara ekonomi sekarang ini karena pemerintah kita punya keinginan-keinginan yang tidak bisa terpenuhi sehingga membuat mereka menjadi stres, Pemerintah kita punya keinginan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, sampai titk ini keinginan ini sungguh mulia, tapi dengan tidak tersedianya cukup dana untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi mereka menempuh segala macam cara, mereka mengambil pinjaman luar negeri yang memberatkan, mereka menggadaikan sumber daya alam hanya sekedar untuk mendapatkan royalty, mereka menerbitkan SUN yang berbunga tinggi akibatnya apa yang terjadi. Jutaan rakyat berada dibawah garis kemiskinan.

                Jadi kesimpulan yang dapat kita petik adalah kemerdekaan adalah dimulai dari hati yang polos yang tidak memiliki banyak ketergantungan akan keinginan-keinginan, hati yang polos akan menuntun kita untuk hidup sederhana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline