Rendi mengeluarkan sepatu futsal dari tas ransel lalu menyimpan ke rak sepatu di garasi. Dikeluarkannya baju kostum dan memasukkan ke keranjang baju kotor. Setelah menyimpan tas, ia bergegas ke kamar mandi.
"Abang mau ke mana?" tanya Timo dari atas karpet di depan televisi.
"Mau mandi. Kenapa emangnya, Tim?" Rendi balas bertanya.
Timo menggeleng. "Enggak. Ini masih sore, kok, Abang sudah mau mandi." Ia mengangkat bahu dan melanjutkan menonton film kartun kesayangannya.
Di sebelahnya, Gina sedang asyik bermain sendiri. Adik bungsunya itu suka bermain boneka barbie. Rendi dan Timo tidak ada yang suka bermain boneka. Namun, ibu menyuruh mereka untuk menemani adik. Kadang Dewi, anak Bude Tuti yang di sebelah rumah datang untuk bermain bersama Gina. Usia adiknya kini enam tahun. Kata ibu, beberapa bulan depan lagi ia akan mulai sekolah SD.
"Tadi Abang habis main futsal di GOR. Badan jadi berkeringat dan lengket," kata Rendi sambil berhenti untuk mengambil handuk.
"Kamu nggak main bola dengan teman-teman?" tanya Rendi lagi.
Timo menggeleng. "Tadi hujan, Bang. Ini baru berhenti."
"Oh, iya. Tadi di GOR juga hujan lebat. Untung Abang nebeng mobil Pak Toha, jadi nggak basah kuyup," kata Rendi lagi. Ia masuk ke kamar mandi dan menguncinya.
"Tim, tolong ambilkan pupuk NPK. Ada di kaleng bekas susu, di bawah wastafel," kata Ibu dari teras depan.
"Iya, Bu," sahut Timo bangkit berdiri. Ia meletakkan remote di atas karpet lalu berjalan menuju dapur. Di dekat pintu ada sebuah kulit pisang tergeletak di atas lantai.