"Maaf, bisa bergeser sedikit? Saya mau mengambil buku itu, " ujarku pada seorang pria yang berdiri di depanku.
Pria itu menoleh kepadaku sejenak kemudian bergeser ke kanan.
Aku memandangnya terkesan. Pria itu berpostur tinggi dan bahu yang lebar, raut wajahnya maskulin dengan rahang yang tampak kokoh. Pandangan pertama, sungguh menggoda. Tiba-tiba dadaku berdebar berdiri di sampingnya. Aku merasa sangat konyol.
Aku menarik napas dalam dan berjinjit berusaha meraih buku yang sudah kuincar. Namun, rak itu ternyata cukup tinggi. Aku mundur dan melihat ke sekeliling, mencari pramuniaga toko buku.
"Ada yang bisa kubantu?"
Aku terlompat kaget mendengar suara pria itu yang tiba-tiba memecah kesunyian.
"Oh---eh," gumamku gugup.
"Maaf, sudah membuatmu terkejut," ujarnya sambil tertawa kecil.
Aku terpana, ternyata bukan cuma wajahnya yang sedap dipandang mata, tapi suara tawanya, pun, terasa sangat empuk di telinga.
"Tidak---eh, iya. Maksud saya, bisa tolong ambilkan buku yang bersampul kuning itu?" ucapku terbata-bata.
Ia tertawa lagi. "Yang ini?" tunjuknya pada sebuah buku yang juga berwarna kuning.
Aku menggeleng. "Bukan, yang di sebelahnya," jawabku.