Lihat ke Halaman Asli

Menapakan Kaki Di Puncak Sulawesi

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1294279726129194783

[caption id="attachment_83545" align="alignleft" width="180" caption="dok.pribadi ( puncak rante mario gunung latimojong tgl 28 desember 2010))"][/caption] Sabtu tgl 25 des 2010. Hari masih pagi jam di tangan saya  menunjukan pukul 09.00 wita. Bersama Abang Pals, piank Pals,Cuddink Pals dan Ulla atlas. kami start dari sekretariat kami  Pencinta Alam Sabbang ( PALS) menuju kab. Enrekang dalam rangka pendakian gunung latimojong, tujuan kami adalah puncak rante mario dengan ketinggian 3.680 meter di atas permukaan laut(mdpl) Latimojong adalah gunung tertinggi di Sulawesi Selatan, yang memiliki bebrapa puncak, dengan puncak tertinggi Rante Mario dan ketinggian 3.680 meter di atas permukaan laut. Membentang dari selatan ke utara, Latimojong sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Enrekang, sebelah utara dengan Kabupaten Tanah Toraja, serta sebelah selatan dengan Kabupaten Sidrap, dan sebelah timur dengan Luwu sampai pinggir pantai Teluk Bone. Setelah melewati beberapa kabupaten diantaranya kota palopo dan tana toraja tepat pukul 04.00 sore waktu setempat kami telah tiba di kab enrekang tepatnya di desa baraka, kami pun sejenak tinggal di desa tersebut untuk membeli keperluan logistik ransum kami. Desa baraka mempunyai sebuah pasar rakyat yang biasanya ramai pada hari senin dan kamis. Sesaat setelah berbelanja saya bersama teman-teman melanjutkan perjalan ke desa Gura desa terakhir yang mempunyai pengaspalan. Jam 05.00 waktu setempat kami tiba di desa Gura, setelah bertanya kepada warga letak rumah kepala desa, kami di beritahu kalau rumah kepala desa tidak jauh dari masjid. Pak kepala desa orangnya sangat Ramah kami pun di persilahkan untuk nginap di rumahnya, malam itu kami nginap di rumah Pak kepala desa. [caption id="attachment_83546" align="alignleft" width="180" caption="dok. pribadi ( pos3 jalur angin - angin)"]

1294279616471586574

[/caption] Keesokan harinya tgl 26 desmber 2010 hari minggu pagi, sesaat setelah packing kami berpamitan kepada pak kepala desa serta menitipkan sepeda motor kami di rumahnya. Sesaat setelah berangkat saya dan berempat teman saya berjumpa dengan Mapala Cakrabuana UMI Makassar. Tujuan kami sama ingin melakukan pendakian ke gunung latimojong, ada beberapa rute atau jalur menuju gunung latimojong, jalur atau rute yang akan di lalui teman-teman Mapala adalah jalur umum pendakian yaitu jalur karangan. setelah bersapa dan bersalaman ria kami terlebih dahulu melanjutkan perjalanan  ke dusun angin-angin. setelah melewati beberapa perkampungan dan perkebunan sayur sayuran yang berupa bawang, tomat, kol dll,saya salut kepada pemerintah kab enrekang , meski di daerah pelosok pegunungan yang terpencil aliran penenrangan listrik masih ada. tepat pukul 04.00 waktu setemapat saya dan berempat teman saya tiba di desa angin-angin, kami tiba di rumah ambe suani. Ambe Suani orangnya sangat ramah dan familiar dan dirumahnya pulahlah tempat teman-teman pencinta alam nginap dan mencari informasi pendakian melalui jalur rute angin-angin. Ambe itulah sapaan akrab untuknya, setelah bercerita panjang lebar tentang info pendakian , Dia pun bersedia mengantarkan kami sampai ke pos 1. Kebetulan pada malam itu pertandingan sepak bola piala Aff leg 1 antara indonesia vs malaysia, Ambe mengajak kami menyaksikan melalui layar tv di rumah saudaranya, meskipun Timnas kalah dari malaysia pada malam itu, tidak menurunkan semangat kami untuk menuju ke puncak. Keesokan harinya senin tgl 27 desember 2010 kami memulai pendakian, kami berlima dan ambe suani menju pos 1 . Dengan memanggul ransel masing-masing, kami berjalan melalui jalan setapak meninggalkan Dusun Angin-angin, Belum jauh dari dusun, terhampar pemandangan pohon-pohon kopi di sisi kiri dan kanan jalan setapak, dengan buah  mencolok kemerahan. Tampak pula karung yang berisi biji-biji kopi yang baru saja dipanen. setelah berjalan sekitar 40 menit kami tiba di pos1. sebelum berpisah dengan Ambe kami di buatkan gelang dan cincin yang dibuatnya dari rotan.  Menurut kepercayaan masyarakat setempat, mengenakan gelang dan cincin dari rotan bisa terlindung dari gangguan “para penunggu”. Gelang dan cincin rotan ini juga merupakan simbol bahwa kita bertamu secara baik dan diterima warga setempat. Konon, gelang rotan ini adalah simbol leluhur warga setempat, yakni Nenek Janggok Riri, bersama istrinya, Nenek Menga. Selain memakai gelang dan cincin dari rotan, tanda-tanda alam juga harus diperhatikan. Konon, jika kita sedang dalam perjalanan mendaki Gunung Latimojong dan mendengar kicauan burung, itu pertanda bagus dan kita bisa melanjutkan perjalanan. Sebaliknya, jika kita mendengar suara sengatan lebah, sebaiknya kita kembali dan tidak melanjutkan perjalanan karena itu merupakan pertanda buruk. Dengan arahan dan petunjuk Ambe saya dan Ambe berpisah di pos1 tersebut. [caption id="attachment_83548" align="alignleft" width="180" caption="dok. pribadi ( pos3 jalur angin - angin)"]

1294279841976435073

[/caption] Kami pun melanjutkan pendakian menuju pos2, trak menuju pos2 merupakan hutan belantara dengan trak yang lumayan sulit karena jalan atau jalur pendakian mulai tertutupi  kembali oleh beberapa pohon pohon kecil tapi string masih terlihat jelas. tepat jam 11.30 siang kami tiba di pos2. di pos ini kami isterahat, makan siang serta menunggu waktu sholat dzuhur. karena di pos2 ini di lalui aliran sungai kecil, setelah makan dan sholat kami melanjutkan perjalanan menuju pos3. Menurut saya pos inilah yang traknya paling sulit, ada beberapa trak yang harus dilalui, tanjakannya bisa di ibaratkan 70-85' derajat, Hanya  Akar-akar pohon sebagai tumpuan dan pegangan tersusun lebih rapi. Begitu pula dengan batang pohon yang menjadi tumpuan alternatif.  tepat pukul 02.00 kami di pos3 kami pun  isterahat sejenak seaat setelah isterahat kami melanjutkan perjalanan menuju pos4 dan 5 karena target kami pada hari itu adalah pos 5. tepat  jam 05.00 kami tiba di pos 5, pos 5 ini di sebut juga pokapinjan. sumber air di pos ini lumayan jauh sekitar 40 meter dari tempat camp kami.  di pos 5 inilah  saya mempunyai pengalaman pribadi yang mungkin susah untuk saya lupakan, singkat cerita pada shubuh pagi.  Saya adzan shubuh di samping tenda, dengan selembar matras sebagai sejadah, karena cuaca terlalu dingin pada pagi itu  saya menutup mata saat mengumandangkan adzan pada kalimat assalatukhairunminannau saya membuka mata serasa pada saat itu saya adzan di atas awan, subahanaallah maha besar ALLAH SWT dengan segala ciptaannya. Keesokan harinya selasa tgl 28 desember 2010 jam 09.30  kami melanjutkan perjalanan, target kami adalah  menuju puncak, setelah melewati pos 6 dan 7 dengan melalui punggungan gunung dan hamparan batu yang berbentuk  mirip anak tangga. sekitar jarak 30 meter dari puncak terlihat triangulasi yang berdiri kokoh tanpa di tutupi awan kabut, pada waktu itu rasa capek sudah tidak terasa sewaktu berada di puncak. jam 03.12 waktu setempat kami tiba di puncak rante mario. sesaat setelah berfoto dan  mengambil dokumentasi  kami pun turun menuju pos7  rute atau jalur karangan untuk camp.    

1294280730170345958

[caption id="attachment_83549" align="alignright" width="182" caption="dok. pribadi ( pos6 jalur angin - angin)"]

12942799961624033464

[/caption] [caption id="attachment_83551" align="aligncenter" width="180" caption="dok. pribadi ( pos5 pokapinjan jalur angin - angin)"]

12942805511591417630

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline