Lihat ke Halaman Asli

Dimensi Akuntansi Sebagai Cermin Perilaku Manusia

Diperbarui: 21 November 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernah kah kalian mencari tahu tentang dimensi akuntansi dalam sisi perilaku manusia?

Ketika membahas hubungan antara akuntansi dan perilaku manusia, artikel karya Hamfri Djajadikerta tahun 2003 yang berjudul “Hubungan Akuntansi Dengan Perilaku” mengupas bahwa akuntansi tidak sekadar alat mekanis untuk mencatat angka. Sebaliknya, ia menjadi medan dinamis yang memengaruhi serta dipengaruhi oleh perilaku manusia di dalam organisasi. Penemuan ini membawa kita pada refleksi yang menarik tentang posisi akuntansi dalam masyarakat.

Pada dasarnya, akuntansi memproses data menjadi informasi bermakna. Namun, dampaknya tidak hanya berhenti pada keputusan keuangan; informasi yang dihasilkan turut memengaruhi bagaimana individu atau kelompok bertindak. Misalnya, laporan keuangan tidak hanya mencerminkan kondisi ekonomi organisasi, tetapi juga dapat memotivasi perubahan perilaku, baik secara sadar maupun tidak. Di sinilah akuntansi berperan sebagai katalis perilaku manusia dalam organisasi.

Artikel tersebut menggarisbawahi bahwa perilaku manusia, seperti persepsi dan motivasi, dipengaruhi oleh akuntansi. Proses mental, mulai dari berpikir hingga mengambil keputusan, dipicu oleh informasi yang diberikan oleh sistem akuntansi. Namun, informasi yang bias atau tidak lengkap bisa menyesatkan persepsi, sehingga mengganggu motivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Artinya, akuntansi memiliki kekuatan membentuk budaya organisasi—baik dalam bentuk perilaku yang produktif maupun yang destruktif.

Implikasinya, dalam masyarakat modern, di mana keputusan keuangan sering menjadi dasar kebijakan publik, akuntansi memainkan peran sosial yang signifikan. Sebagai contoh, di sektor bisnis, pelaporan keuangan tidak hanya melayani kebutuhan internal perusahaan, tetapi juga memengaruhi kepercayaan investor, kebijakan regulator, dan pandangan publik. Di sini, akuntansi melampaui batas teknisnya, beralih menjadi instrumen komunikasi yang kompleks dan memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat.

Dari perspektif filsafat sains, artikel tersebut mengajak kita untuk merenungkan bagaimana akuntansi, sebagai produk manusia, merefleksikan keterkaitan antara ilmu, etika, dan kebutuhan praktis. Akuntansi menunjukkan bahwa di balik angka-angka yang tampak objektif, terdapat narasi yang dibentuk oleh nilai-nilai dan tujuan manusia. Dengan kata lain, akuntansi bukan hanya tentang angka, tetapi tentang makna yang kita berikan kepada angka-angka itu.

Penemuan artikel tersebut mengingatkan kita bahwa akuntansi adalah bahasa organisasi yang memiliki daya transformasi sosial. Namun, bahasa ini perlu dirancang dengan cermat, karena jika tidak, ia dapat menjadi alat yang memperbesar ketimpangan atau manipulasi. Di sinilah tanggung jawab akuntan dan pengambil keputusan diuji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline