JAYANTI - Anak Nisa, (4) berada dalam gendongan ibunya Marpah (24). Di sekitar bibirnya mengeluarkan darah dari luka luar yang dideritanya. Kepalanya yang besar membuat Marpah susah mengatur posisi yang nyaman untuk membaringkan anak pertamanya itu. Para tetangga berkumpul dan duduk bersama Marpah ketika Tim Respon Darurat Kesehatan (RDK) Layanan kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa (LKC-DD) mendatangi rumahnya. Tim RDK LKC-DD datang dengan tim lengkap ketika mendapat khabar Nisa, seorang anak menderita gizi buruk dan juga menderita hidrosepalus, butuh pertolongan karena sudah mengeluarkan cairan yang bernanah dari mulutnya. Pesan itu disampaikan salahseorang wartawan media nasional yang bertugas di Tangerang. Khabar itu direspon dengan cepat oleh Board of Director (BOD) LKC-DD dan menugaskan Tim RDK dr. Windarti Wiwara Sukmadi (Dokter), Meyta (ahli gizi), Mukhtar Sopa (Koordinator Verifikasi), Ruri Marantika (Perawat) dan Maifil (Humas) untuk langsung menuju lokasi dan apabila mungkin pasien dievakuasi segera ke rumah sakit terdekat. "Perawat LKC-DD Resti sudah menunggu di IGD RSUD Tangerang untuk segera mengurus pendampingan perawatan untuk Nisa," tutur Rahayu Rahmani, Kepala Perawat LKC-DD yang mengkoordinasikan tim medis untuk menolong Nisa. Di rumah Nisa, di RT 03/03 Kampung Geredog, Desa Dangdeur, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, dr. Windarti memeriksa kondisi kesehatannya dan sekaligus menanyakan apa saja yang sudah dilakukan orang tuanya untuk membantu Nisa memperbaiki kesehatan anaknya. Marpah hanya bisa memelas menceritakan tentang anaknya. Ia sangat berharap anaknya mendapat pelayanan kesehatan yang baik. Tapi sayang ia tidak memiliki kemampuan untuk membawanya ke rumah sakit. Suaminya Nurhadi (26) hanya seorang pedagang Somai keliling. Sedangkan Marpah sendiri hanya ibu rumah tangga yang sehari-hari hanya menunggui buah hatinya. Dari dalam kandungan sebenarnya Marpah sudah tahu kalau anaknya memiliki kelainan. "Saat di USG, saya diberitahu dokter, bahwa ada kelainan pada kepala bayi saya," ujarnya kepada Tim RDK (12/9). Dan terbukti, saat lahir, bayi yang diberi nama Nisa itu menderita pembesaran pada kepala. Bahkan telinga kanan tidak tampak karena ukuran kepala Nisa yang menghimpit perkembangan di sekitar wajah. Semakin hari kepala Nisa semakin membesar, sementara perkembangan anggota tubuh lainnya tidak secepat kepalanya. Nisa hanya bisa tertidur dan menangis menahan sakit di kepalanya. Tidak jarang Nisa deman, suhu tubuhnya memanas, bisa jadi karena infeksi luka di sekitar mulut yang sampai mengeluarkan nanah atau juga reaksi kepalanya yang semakin membesar. Marpah pernah membawa Nisa berobat ke RS di Tangerang. Namun ia tidak sabar dengan pelayanan yang lamban, akhirnya mereka membawa Nisa ke rumah sakit di Serang. Tapi di sana lebih parah lagi, Ia merasa dibiarkan di ruang tunggu hingga mereka pun kesal dan membawa kembali Nisa ke rumahnya. Kecewa dari layanan rumah sakit itu, Nisa akhirnya dibiarkan begitu saja di rumah. Lambat laun cairan di kepala Nisa kian menumpuk, hingga kepala Nisa sebesar bola basket. Akhirnya angin segar pun datang, salah satu yayasan di Bintaro, Kota Tangsel menawarkan pengobatan gratis. Namun setelah dibawa ke rumah sakit yang berada di Bintaro, Kota Tangsel, Marpah dimintai biaya Rp 400 ribu, untuk biaya masuk. Mendapat perlakuan seperti itu Marpah beserta suami langsung membawa Nisa kembali ke rumah. Kemudian Marpah dan suaminya membawa Nisa untuk berobat alternatif hingga ke Pandeglang. Namun, tidak ada perubahan yang berarti. Upaya mencari nikmat sehat untuk Nisa tidak terhenti di situ. Marpah berusaha untuk mendapatkan kartu Jamkesmas untuk Nisa dengan harapan dapat membawa Nisa berobat gratis. Berbagai persyaratan sudah dikumpulkan dan diberikan kepada pihak desa. Namun hingga kini kartu Jamkesmas untuk Nisa tidak kunjung dikeluarkan pihak desa. Pengobatan ke Puskesmas yang terjangkau dengan biayanya terakhir dilakukan sekitar 8 bulan yang lalu. Saat di puskesmas, Nisa hanya ditimbang berat badan tanpa memberikan obat maupun makanan tambahan. Mendengarkan keluhan Marpah Tim LKC-DD menawarkan untuk pengobatan intensif buat Nisa dan siap membawa Nisa saat itu juga. Marpah pun setuju, tapi ia harus menunggu suaminya pulang jualan. Tim RDK LKC-DD menunggu Nurhadi, suami Marpah, hingga pukul 16.00 WIB. Sampai waktu yang disepakati Nurhadi belum juga pulang, sehingga tim LKC-DD batal membawa Nisa untuk dirawat. Tim meninggalkan kartu nama dengan harapan Nisa segera diantar ke LKC-DD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H