Lihat ke Halaman Asli

Maifil Eka Putra

jurnalis, enterpreneur, social developer

Setelah Romlah Diberitakan

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

BOGOR - Andai saja koran lokal tidak memberitakan kondisi Romlah, (55), mungkin janda yang tinggal di kandang sapi di Kebon Anggrek, RT 01/06 Tanah Sereal Bogor ini akan tetap terlantar. Sejak beritanya dilansir media, Rabu (17/8/2011), para pejabat terkait mulai kebakaran jenggot dan berupaya membantu Romlah. Hanya saja Romlah sudah dievakuasi terlebih dahulu ke RS Salak oleh kader PKK setempat atas bantuan salah seorang wakil rakyat. Akhirnya kader PKK itu pun jadi sasaran omelan pejabat yang sudah merasa malu karena kealpaannya tak memperhatikan Romlah selama ini. Padahal, 4 tahun sudah Romlah tinggal di bedeng, ujung kandang penampungan sapi, di kawasan penjanggalan sapi milik Pemda Bogor ini. "Selama ini kemana saja, telah dibantu orang, baru kasak-kusuk," tutur Neneng (43) dan Geuis (45) menjawab omelan pejabat tersebut. Neneng mengaku, sudah melaporkan sebelumnya kepada pejabat tersebut bahwa Romlah yang menderita tumor rahim itu tinggal bersama anak dan cucunya di dalam bedeng yang tidak layak di kandang sapi milik pemerintah. Tapi laporan itu tidak digubris, bahkan beberapa minggu lalu ketika suami Romlah meninggal karena sakit di lokasi itu juga, lagi-lagi keluarga miskin itu tidak menjadi perhatian. Sejak itu pula Romlah semakin tidak berdaya, sudah kehilangan suami, tumor di perutnya pun semakin membesar. Sejak suaminya dan Romlah  sakit-sakitan 2 tahun lalu, satu-satunya yang mencari nafkah adalah anak keduanya yang tinggal bersama Romlah di bedeng yang sama. Sebut saja Seli, 25, yang juga menjanda beranak 2 itu, sehari-hari menjadi pembantu di rumah warga yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Hasil jerih payah Seli itulah menghidupi Romlah, ayah, adik dan dua anaknya. Bila malam tiba, Seli dan dua anaknya serta adiknya Yusuf, 14, tidur di luar kandang. Sedangkan yang di kamar hanyalah Romlah dan suaminya (ketika masih hidup). Mereka mandi dan mengambil air untuk kebutuhan harian dari sumur mushalla di perumahan warga yang tidak jauh dari bedeng mereka. Jika musim potong tiba, terutama di hari besar Idul Fitri dan lebih-lebih di lebaran haji, mereka sekeluarga sibuk membersihkan kotoran sapi dan darah bekas pemotongan, agar mereka bisa tidur nyenyak dan terbebas dari bau. Meski tidak 100 persen terbersihkan, setidaknya mereka sudah meminimalkan gangguan yang tidak mengenakan hidung mereka. Deretan penderitaan itulah yang membuat kader-kader PKK setempat menjadi terenyuh. Selama ini bersama warga yang bisa dibantu hanyalah makanan untuk keluarga tersebut. Setelah tidak digubris oleh pejabat setempat, akhirnya ketika ada Wakil Rakyat Ani Sumarni dari FPKS DPRD Kota Bogor, berkunjung ke kawasan tersebut, Neneng, Geuis dan kawan-kawannya melaporkan penderitaan Romlah itu. Ani Sumarni segera mengontak Tim Darurat Kemiskinan (TDK) Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa (LKC-DD) untuk membantu Romlah. Hanya saja 2 hari di LKC-DD informasi ini mengambang, karena secara bersamaan TDK menangani kasus Rafael (bayi dengan multi kelainan) dan Dora (pasien keringat darah dari Padang). Akhirnya Tim PKK dengan prakarsa Anggota Wakil Rakyat Ani mengirim Romlah ke RS Salak Bogor. Hari berikutnya TDK LKC-DD  Muchtar Sopa, Iwan, Maifil dan Obrih menjabangi Romlah di RS Salak, di ruang rawat inap. Alhamdulillah, Romlah sudah mendapat pelayanan kesehatan yang layak di sana. Bahkan menurut informasi Neneng yang mendampingi Romlah sejak masuk ke RS itu, pemerintah setempat sudah menjamin seluruh pembiayaan pengobatan. Tinggal lagi memikirkan anak dan cucu Romlah yang masih tertinggal di kandang sapi. Hal ini LKC-DD bersama jejaring Dompet Dhuafa lainnya akan segera mengambil tindakan. Sepulang dari RS Salak TDK LKC-DD segera menghampiri kandang sapi yang menjadi rumah Romlah selama ini. Memperihatinkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline