[caption id="attachment_248507" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Siapa yang tak sayang anak. Semua orang baik kaya atau miskin pasti sayang sama anaknya. Tapi kalau rasa yang mulia itu harus di wujudkan dengan cara yang keliru tentu tak baik bagi setiap anak. Maksudnya kali ini saya akan berbagi sedikit tentang kecenderungan yang saya amati akhir-akhir ini terkait penyakit yang paling banyak menjangkiti anak-anak terutama di perkotaan.
Batuk dan radang tenggorokan adalah dua jenis penyakit yang paling sering saya jumpai menyerang anak-anak yang umumnya balita dan anehnya setiap orang tua anak tersebut ketika ditanya penyebabnya selalu mengatakan karena debu atau cuaca.
Satu kesimpulan yang keliru menurut saya.
Kedua penyakit di atas yang banyak menimpa anak balita ini umumnya disebabkan oleh makanan dan minuman kemasan olahan yang tersedia hampir di semua warung dan supermarket. Ketika makanan atau minuman tersebut apabila di konsumsi setiap hari maka gejala awal yang timbul menurut pengamatan saya adalah batuk lalu di ikuti oleh radang pada tenggorokan nya.
Barangkali ini adalah salah satu bentuk atau isyarat tubuh dalam menolak racun.
Sampai di sini kalau anak tersebut tetap membeli jajanan seperti biasa maka tubuh sang anak pun akan beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru tersebut di mana batuk dan radang akan hilang dengan sendirinya akan tetapi penyakit baru yang lebih berbahaya akan siap menyerang yaitu gangguan pada pencernaan mulai dari infeksi saluran pencernaan sampai masalah pada ginjal.
Itulah sebabnya mengapa saya tidak terlalu terkejut ketika suatu hari mendapati kenyataan meningkatnya jumlah pasien berusia masih belia masuk rumah sakit dengan keluhan yang seragam pada pencernaan nya.
Sesuatu yang tak di jumpai pada generasi muda zaman dahulu.
Bagi saya kecenderungan ini adalah fenomena menarik sekaligus memprihatinkan mengingat betapa lemahnya tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan, BPOM dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dalam mengawasi peredaran makanan dan minuman kimiawi ini bagai kesehatan masyarakat.
Di satu sisi kita gembira ketika Menteri Kesehatan mengatakan bahwa pembangunan pemerintah di bidang kesehatan akan fokus pada kesehatan bukan pada obat. Akan tetapi di sisi lain kenyataan di lapangan tidak lah demikian. Penyuluhan tentang hal ini amat lah sedikit begitu pula pengawasan dan penindakan terhadap makanan atau minuman yang berpotensi membahayakan kesehatan terasa kurang pula.