Indonesia adalah negara yang mempunyai kekayaan budaya. Salah satu kebudayaan yang patut dilestarikan adalah bahasa daerah. Pada tahun 2022, Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah.
Saat ini, bahasa Jawa menjadi bahasa daerah yang paling banyak dituturkan. Mengutip dari Wikipedia, dengan penutur asli sebesar 31,8% dari total populasi Indonesia (per sensus 2010). Bahasa Jawa paling banyak digunakan. Setelah jawa, penutur bahasa yang paling banyak digunakan adalah bahasa Sunda, Melayu, Madura dll
Sebagai bahasa daerah yang paling banyak dituturkan, bahasa Jawa telah dituturkan tidak hanya di Jawa dan Indonesia. Bahasa Jawa dituturkan oleh diaspora Jawa seperti Malaysia, Belanda, Suriname, dll.
Seperti bahasa daerah di Indonesia, bahasa Jawa sendiri juga memiliki keberagaman bahasa etnis Jawa seperti Banyumasan, Cirebon, Osing, Tengger. Ini menyebabkan bahasa Jawa hampir dituturkan hampir di seluruh Indonesia buntut dari penyebaran populasi suku Jawa sendiri.
Namun nahas, dengan adanya perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi media sosial bahasa daerah ini sering terlupakan. Hingga bahasa gaul atau dialek bahasa Indonesia nonformal lebih cepat dikenal luas oleh pergaulan saat ini. Bahkan, ada beberapa pergaulan ketika saya menyebutkan salah satu peribahasa Jawa, saya dikatai norak.
MENGENAL PERIBAHASA JAWA
Jika dalam bahasa Indonesia kita mengenal kalimat peribahasa. Apakah kompasianer banyak yang tahu ternyata masyarakat Jawa juga mempunyai bentuk kalimat gaya bahasa yang berfungsi sebagai pembelajaran secara lisan. Masyarakat Jawa sering menyebutnya gaya bahasa ini dengan nama Paribasan, Bebasan, dan Saloka. Pepatah atau peribahasa Jawa ini dituturkan sudah turun temurun dalam kehidupan.
Tetapi, sangat disayangkan, bahwa saat ini, peribahasa Jawa tersebut sudah jarang sekali terdengar. Hal tersebut kembali lagi, disebabkan kalahnya dengan bahasa-bahasa millenial. Ini membuat perihatin saya pribadi dan beberapa masyarakat Jawa yang kental dengan Kejawanannya.
Tapi tenang, kali ini saya akan mengenalkan kembali kepada pembaca kompasiana tentang peribahasa Jawa. Saya membuat tulisan ini dengan harapan akan terbaca oleh generasi-generasi selanjutnya. Karena sejatinya jejak digital tidak pernah hilang. Bukan begitu? Hehehe.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa peribahasa Jawa mempunyai 3 nama sebutan. Paribasan, Bebasan, Saloka ketiganya mempunyai tujuan yang sama namun memiliki ciri khas yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Berikut saya jelaskan perbedaan dan contohnya.
I. PARIBASAN
Paribasan adalah suatu ungkapan dalam bahasa Jawa yang memiliki arti kiasan, bersifat tetap, namun tidak terdapat ungkapan pengandaian. Contoh sederhana yang sering kita temui namun jarang dari kita untuk mengamati adalah pada institusi pemerintahan pendidikan. Yaitu Tut Wuri Handayani, adalah salah satu contoh Paribasan Jawa yang artinya "di belakang memberi dorongan"