Lihat ke Halaman Asli

Kartini dan Perempuan-perempuan

Diperbarui: 21 April 2017   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, kaum wanita memiliki derajat yang rendah dibandingkan kaum laki laki. Wanita dipandang sebagai kaum yang lemah dan juga dianggap sebagai pelayan para kaum laki laki. Oleh sebab itu, mereka selalu tertindas dan sering kali juga tidak pernah mendapatkan hak-haknya. Kartini sebagai putra bangsawan dan memperoleh kesempatan bergaul dengan dunia luar, berpendidikan cukup dan memiliki pergaulan yang beradab, merasa di balik dinding penyekat istana, dinding penyekat lingkungan sosial, dinding penyekat hatinya muncul rasa ketidak adilan.

Atas dasar motivasi tersebut, maka dia bersama teman – temannya mendirikan sebuah sekolah bagi para wanita yang pertama di Indonesia. Ibu Kartini bersama teman-temannya mengajarkan kaum wanita pada saat itu ilmu – ilmu yang bermanfaat, seperti berhitung, membaca, dan masih banyak lagi.

Atas perjuangannya tersebut, perlahan – lahan derajat kaum wanita naik dan mulai setara dengan kaum laki-laki. Bahkan saat ini perempuan sudah bisa sejajar dengan lelaki, contohnya wanita bisa menjadi polisi, tentara, diplomat, menteri atauh bahkan presiden,

hadirin yang berbahagia,

Sudah sepatutnya sebagai wanita kita harus meneladani sikap-sikap yang dimiliki oleh Ibu Kartini. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari Ibu Kartini dan bisa kita terapkan di dalam hidup ini. Diantaranya adalah ibu kartini merupakan sosok yang merakyat.

Meskipun berasal dari keluarga bangsawan, RA Kartini tidak senang untuk disembah dan diagungkan seperti bangsawan lainnya. Dia sangat dekat dengan rakyat-rakyat kecil bahkan dia merasa sangat sedih melihat mereka ditindas oleh para bangsawan lainnya.

Di masa sekarang ini di zaman perempuan bisa berkiprah di segala bidang pekerjaan, pengharapan utama bukanlah pada konteks perempuan sudah bisa mensejajarkan diri dengan para lelaki namun tetap dapat mengikuti langkah Kartini memajukan kaumnya...seperti contoh dulu Kartini memilih membuka sekolah untuk mengajari para wanita membaca menulis dan berhitung maka saat ini bukkan lagi membaca menulis dan berhitung yang harus di ajarkan namun bagaimana cara survive ketika menghadapi sebuah persoalan.

Mengajari kaun perempuan untuk lebih menggunakan logika dan akal sehatnya dalam melihat sebuah masalah. Sebagaimana tak dapat dipungkiri bahwa wanita lebih sering memakai perasaannya ketimbang akal sehatnya ketika melihat sebuah persoalan maka tidak ada salahnya mencoba mengubah paradigma itu,

Mungkin kurang di sadari orang tentang banyaknya kasus peyalahgunaan perasaan oleh perempuan yang kemudian berujung pada kesulitan yang diterima pihak perempuan karena lebih mengedepankan perasaan ketimbang logika akal sehat. Berapa banyak sudah kasus yang di soroti di media massa tentang seringnya perempuan jadi korban kekerasaan fisik dan psikis…berapa banyak perempuan yang bahkan memiliki pendidikan tinggi namun mengalami abuse atau penyiksaan secara perasaan dari lelaki yang mungkin awalnya diharapkan dapat melindungi dan membahagiakan dia.

Kasus kasus kekerasaan secara psikis ini bak gunung es…kelihatan hanya di pucuknya saja namun di dasarnya ada banyak sekali yang belum tertangani. Kebanyakan tak tertangani karena perempuan memilih tidak mengadukan masalahnya kepada orang terdekat apalagi jika ia memiliki pendidikan tinggi, jabatan yang lumayan dan lain sebagainya.

Jika dulu Kartini berperang melawan kebodohan dan ketidak bolehan perempuan berkarya dan berpendidikan maka perjuangan perempuan pada masa modern sekarang ini tidak kalah hebatnya karena melibatkan diri sendiri dan orang orang terdekat belum lagi penilaian yang datang dari masyarakat yang belum sepenuhnya dapat menerima bahwa perempuan pun dapat berkiprah sama baiknya seperti lelaki di dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline