Berdasarkan pemikiran bapak Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat sedangkan tujuan pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kekuatan kodrat pada anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Di dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru sering kali kita dihadapkan pada situasi-situasi yang dilematis dimana kita harus bisa mengambil keputusan yang bijak diantara dua kasus yang sama-sama benar namun harus memilih satu diantara dua, hal inilah yang dimaksud dengan dilema etika.
Pengambilan keputusan ketika kita dihadapkan pada dilema etika tidak semudah mengambil keputusan ketika kita menghadapi kasus bujukan moral sehingga harus bijak dan arif dalam memutuskan jika salah dalam mengambil keputusan maka akan berdampak kurang baik kedepannya.
Guru sebagai teladan harus bisa memberikan teladan khususnya di dalam mengambil keputusan dalam setiap kasus yang dihadapi di sekolah khususnya kasus-kasus yang berkaitan dengan hak anak di sekolah maka guru harus bijak dan arif dalam mengambil keputusan.
Dalam filosofi pendidikan Bapak Ki Hajar Dewantara, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani dan anak-anak seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani maka di dalam memberikan perlakuan pada biji-biji/bibit-bibit yang ditanam oleh pak tani haruslah sesuai dengan kebutuhan dari biji atau bibit tanaman tersebut jika salah dalam memperlakukan maka akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman ke depannya.
Begitu juga di dalam perawatan dan pemeliharaannya, untuk bisa menghasilkan tanaman yang berkualitas maka pak tani haruslah menyiapkan lahan yang subur, pemupukan yang tepat, serta perawatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dari tanaman. Berdasarkan analogi pak tani tersebut maka tugas guru disekolah adalah menyiapkan tempat belajar yang nyaman dan perlakuan yang tepat pada murid yang mana kebutuhan dan hak-hak murid dalam belajar bisa terpenuhi.
Pengambilan keputusan yang tepat adalah merupakan salah satu kompetensi yang harus ada pada seorang guru dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, sebagai bentuk aktualisasi dari peran dan nilai seorang guru terlihat dalam bagaimana seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan, berkolaborasi dengan seluruh unsur dalam rangka pengelolaan dan pengembangan sekolah yang pada ujungnya adalah sebagai bentuk nilai keberpihakan guru pada murid.
Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup sehingga di dalam mengambil keputusan guru harus memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan yaitu antara lain:
4 paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
- Individu lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak.
Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan.