Dua hari lalu tetangga saya menikah, ia menikah dengan mantannya yang lama terurai kini menyatu kembali. Proses yang sebenarnya cukup lama menanti, terputus terus menyambung di usia yang lebihd ari kepala tiga. Mungkin sama-sama kepala tiga. Mungkin dua. Entahlah. Intinya sudah sah, baik versi agama mau pun negara.
Saya tentu bahagia karena penantian itu pada akhirnya sampai pada janji suci terujarkan. Meski pun bahagia saya tidak saya sampaikan padanya dan ia tak juga bertanya, pada saya kenapa harus bahagia. Dan memang gak ada manfaatnya juga.
Justeru kata-kata Emak yang mengejutkan, katanya harus sabar. Gak boleh kepanasan kalau yang lain menikah duluan, gak boleh merasa tuwir karena yang banyak dan belum juga banyak langgeng. Aku heran kenapa, nyari berkurang dua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H