Allah memang baik, sering memberi apa yang hambanya inginkan. Terkadang tak memberikan keinginan itu walau pun si hamba begitu menginginkannya. Sampai si hamba uring-uringan pun, tak jua Allah berikan pada hamba tersebut.
Kita mungkin saja protes, kenapa bisa begitu. Itu berarti Allah tak sayang dan memahami kehendak hambanya dong. Harusnya beri saja apa yang dimau, urusan baik dan tidak, kan urusan nanti. Nanti itu tak tahu, apa itu baik atau tidak selama gak ada proses menuju hal tersebut. Begitu nalar kritis kita.
Apa Allah marah dengan protes kita? Tidak sama sekali, jutsru Allah menunggu kita di waktu-waktu penuh barakah. Allah menunggu kita protes dan menyampaikan lewat sebait munajat, apa yang kita pikirkan dan rasakan. Meski pun hakikatnya Allah Maha Tahu. Namun ke-Maha Tahu-nya Allah tak meninggaklak kerendahan cinta-Nya.
Kita itu seperti sekawan anak kecil yang merengek-rengek minta ini-itu. Seolah kita merasa paling tahu. Serasa paling benar. Maka di hadapan orang yang lebih dewasa, apa yang kita inginkan hanya sekumpulan keinginan ngawur yang tak pantas "dikabulkan".
Misalnya, karena kita tiap pagi sering di antar jemput pergi ke sekolah. Karena suatu pagi yang mengantar sedang berhalangan atau lambat, kita berpikir bagaimana nanti aku yang mengendarainya saja sendiri. Saat keinginan itu disampaikan pada orang tua kita, keinginan itu bukan dikabulkan, yang ada ditertawakan.
Kenapa? Karena kita masih kecil. Usia kita masih delapan tahun. Baik secara hukum dan kebiasaan usia begitu masih labil. Mengijinkan anak diberikan fasilitas kendaraan dewasa maka sebuah keteledoran. Maka orang tua yang bijak biasanya bukan justeru mengutuk keinginan itu, tapi memberi fasilitas kendaraan lainnya. Mungkin sepeda atau kendaran lain yang memang cocok untuknya.
Amtsal ini pula bisa kita tarik pada takdir kita. Takdir manusia yang mungkin tak kita pahami. Itu lah kenapa di rukun iman, rukun paling ujung di letakkan iman kepada qodo dan qodar Allah. Artinya apa, seolah Allah ingin katakan,
"kalau kamu percaya pada-Ku, maka percaya saja, ikuti saja. Luruskan itu, nanti kuberikan yang terbaik."
Pondasi iman awal itu percaya dan yakin ke Allah. Itu bunyi awal rukun iman. Asas dari semua asas Islam. Di belahan dunia mana pun selama kita mengkaji Islam, baik bidang keilmuan Islam maupun umum maka muaranya itu, Allah.
Itu lah kenapa ilmuan modern kadang dibuat bingung ketika mengkaji alam semesta, di mana awalnya dan apa mungkin akhirnya. Maka muncul macam teori. Teori itu dasarnya keraguan. Di situ pangkalnya meruncing pada, ada kekuatan Maha Dahsyat di balik-Nya. Kekuatan yang tak mungkin berlajan sendiri. Ada tanpa yang mengadakan. Musti ada yang mengadakan. Itulah Allah rabbul izzati. Pengatur, pengawas, penjaga dan penguasa dari semuanya.
Untuk itu, seperti apa pun takdirmu hari ini, tak usah sesali dan memaki. Tak usah buatmu terpuruk. Apalagi sampai putus asa. Ingatlah, semua yang terjadi akan berlalu. Yang terasa akan berakhir. Memang tidak mudah tapi bukan mustashil.