Lihat ke Halaman Asli

Mahyu Annafi

Guru Ngaji

Memetik Pesan di Novel untuk Hati yang Tak Bisa Luka

Diperbarui: 6 September 2024   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber dokpri.

Aku baru saja menyelesaikan membaca novel Untuk Hati yang Tak Bisa Luka. Karya Fata Nashroe. Novelis Pandeglang yang bukunya hasil meminjam dari Kang Gunadi. Katanya, dia diberikan langsung oleh penulisnya.

Menarik sekali novelnya. Meski awalnya bikin bingung. Tampak sekali penulisnya seperti bingung sama alurnya. Setelah jatuh semakin dalam, ternyata itu strategi penulis saja agar membuat pembacanya penasaran.

Ternyata, tak hanya makhluk halus saja yang bikin penasaran, cinta juga begitu. Kata pepatah, cinta sejati itu seperti hantu. Banyak orang yang membicarakannya tapi hanya sedikit orang yang melihatnya. Begitu pula cinta sejati, banyak orang yang merasakan cinta tapi sedikit orang saja yang merasakan seperti apa cinta sejati.

Seperti di novel ini, Yusuf dan Runa menjadi tokoh utama. Sebuah kisah cinta remaja yang dijalani tanpa ada ikatan pasti. Yusuf yang cinta begitu dalam kepada Runa tapi tak cukup mental mengungkapkannya. Di lain sisi, Runa juga merasakan cinta itu tapi menunggu Yusuf mengungkapnya. Tapi sampai akhir cerita, tak ada kata resmi sepakat punya hubungan.

Mereka hanya TTM (teman-teman mesra). Letak masalahnya itu di sini. Yusuf yang tak mau mengungkapkan, tapi giliran Runa dicintai laki-laki lain terbakar cemburu. Padahal beberapa kali Runa memberi sinyal kepastian agar Yusuf cukup peka mengungkapkan perasaannya lebih dahulu.

Yusuf tetap bergeming.

Tragedi itu terjadi, saat Runa dicintai laki-laki lain. Sampai Yusuf beberapa kali mengalami pemukulan karena jadi kendala laki-laki lain mencintainya. Ada Argo, Ardi dan Abet. Banyak cara mereka gunakan, bahkan oleh Abet hampir saja nyawa Yusuf melayang karena dikeroyok oleh 5 orang dan mendapat siksaan juga pukulan yang cukup berat.

Plot cerita ini memang unik. Rangkuman ceritanya sederhana sih, Yusuf tak berani mengungkap perasaannya dan Runa si perempuan hujan itu hanya menunggu saja. Greget juga sih membacanya.

Apa susahnya mengungkap perasaan?

Aku pikir, pengungkapan perasaan itu penting. Ada pun soal diterima atau ditolaknya urusan lain. Dengan begini kan jelas, kalau ia mencintai kita akan tahu dan kalaupun ditolak akan jelas pula. Jelasnya, agar kita tidak memperjuangkan orang yang tak layak kita perjuangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline