Lihat ke Halaman Asli

Mahyu Annafi

Guru Ngaji

Banten Tidak Butuh Siapa Pemimpinnya Tapi, Ini Loh Poinnya!

Diperbarui: 9 Juli 2024   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan PSI dan PKS beberapa hari lalu. Sumber: detik.com

Pilgub Banten sebentar lagi. Sebagai warga Banten tentu ini kabar bahagia, karena tak lama lagi Banten bakal punya pemimpin baru. Pemimpin yang diharapkan membawa angin segar di tengah gersangnya isu-isu panas di belantika politik Banten.

Nama-nama sudah muncul ke permukaan untk ikut serta menjadi kandidat di Pilgub nanti. Sejauh ini, tiga calon kuat yang kemungkinan bertanding di pemilu nanti.  Nama yang sebenarnya tak asing, tapi terasa baru karena mengemuka menjelang pesta demokrasi nanti.

Ada Andra Soni berpasangan dengan Dimyati Natakusuma, Airin dari kasak kusuk yang ada dengan Ade Sumardi dan Rano Karno dengan Arief Rahman. Semua masih  bisa berubah, tergantung sikon nanti.

Terlepas siapa calon yang ada, asa warga Banten itu sederhana: Seberapa serius komitmen mereka membangun Banten nantinya.

Janji politik adalaha janji. Soalnya adalah bukan berapa banyak janji terujar tapi seberapa yakin nanti mengaktualisasikannya. Rasanya akan terasa lebih segar kalau sedikit mau berjanji saja. Sekedar asumsi ya. 

Ngomong-ngomong soal pemimpin Banten, siapa nanti terpilih, saya pikir, punya kesemapatan yang sama. Meminjam kalimat Cak Nun, bukan siapa yang memimpin tapi sejauh mana seriusnya ia mendengar jerit, ratap dan ingin rakyat dan berusaha sekuat tenaga mengimplementasikannya dalam kebijakannya nanti.

Katakanlah soal pendidikan, apa sudah merata ke berbagai pelosok Banten. Angka putus sekolah cukup jadi persoalan. Belum lagi soal pendidikan di pesantren tradisional yang belum sinergi dengan pendidikan formal. Gap ini sampai kini masih terasa.

Hal ini kadang memicu gesekan-gesekan sosial. Satu kelompok merasa sekolah hanya soal duniawi, yang di alam kubur sana tak akan ditanya pernah sekolah di mana. Di sana pun bahasa Arab jadi resminya. Tak wajib kamu bisa bahasa Indonesia, apalagi bahasa pembuka jendela dunia. Semua akan sia-sia saat di mana mati di depan mata.

Kelompok lain bersuara pondok tradisional hanya menyumbangkan pengangguran baru. Pelajar yang kurang bersimpati dengan temuan sains, di saat yang sama tak bisa menjawab tantangan zaman. Kita boleh menyangkal temuan yang ada, lantas bagaimana dengan android mulai merata ke berbagai kalangan, apa itu sia-sia?

Tentu suara itu keluar dari lisan sebagian mereka yang belum moderat. Tak jarang ini jadi polemik di grasroot. Fokusnya bukan bagaimana memajukan kualitas pendidikan Banten, tapi bagaimana saling klaim keunggulan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline