Lihat ke Halaman Asli

Mahyu Annafi

Guru Ngaji

IBP Pandeglang, Gerakan Penyadaran Literasi di Pandeglang

Diperbarui: 7 Juli 2024   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input dokumen pribadi.

Sore tadi, telah berlangsung IBP (Indonesia Book Party) di alun-alun Pandeglang. Acara yang kabarnya serentak diadakan di beberapa tempat di Jabotabek. Ketuanya  Kang Jibrong. Moderator tadi sih Kang Miftah--relawan komunitas literasi Rumah Dunia di Serang. Acara itu sendiri digagas untuk semua orang, terutama para pecinta buku.


Apa yang dilakukan di sana?

Masing-masing membaca buku. Setelah dirasa cukup, satu per satu menyampaikan apa yang didapatkan dari apa yang dibaca. Setelah itu mendiskusikan. Sesuai kemampuan yang kita pahami.

Misalnya Kang Miftah sedikit mengulas buku Ada Serigala Betina di Dalam Diri Perempuan. Poin yang disampaikan, kenapa Serigala Betina? Karena Serigala  termasuk hewan yang bisa menjaga buah hatinya, mampu survive meski tak ada pasangannya dan mampu menyatu dengan lingkungannya.

Input sumber dokpri.

Dalam konteks ini, perempuan butuh kebebasan sebagaimana yang melekat padanya. Wanita punya hak belajar dan mengepresikan dirinya. Tema ini yang kemudian kami diskusikan, bahwa stereotif perempuan hanya di rumah saja tidak benar.

Bagaimana pun perempuan berhak menggapai cita-citanya. Di mulai dari hak mencicipi bidang pendidikan. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan. Jangan halangi untuk menikmati akses belajar sampai jenjang tertinggi sekalipun.

Saya setuju perempuan harus diberi kebebesan sebagaimana yang disering disampaikan kaum feminis, tetapi harus ada batas. Batas di mana harus tahu kodrat. Misalnya terus mempertentangkan wanita vs Islam. Sebelum barat fasih bicara hak wanita, Islam lebih dulu membahasnya.

Bukankah kita tahu hadits nabi yang berbunyi bahwa fardu untuk tiap muslim laki-laki dan perempuan untuk mencari ilmu. Kata Ulama, di susunan kalimat itu ada kata Fardu bukan wajib. Artinya, seolah-seolah di sana penekanan kaum muslimin mencari ilmu.

Di sini jelas tak ada diksriminatif sendiri. Di tataran lebih luas, bukannya sekarang banyak perempuan duduk di lembaga tinggi negara. Ada yang menjadi presiden, dokter, dosen, bupati, gubernur dan lain-lainnya. Kalau ada orang masih menyinggung ini, barangkali dia saja kurang maksimal mengelola kesempatan yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline