Semenjak mencuat tesis dari Kiai Imad soal Ba'lawi bukan turunan Nabi dan terputus nasabnya, pro-kontra tak bisa terhindari. Habib Bahar termasuk orang yang "cukup keras" menanggapi, kalau memang perlu untuk kebenaran, benarkah Ba'lawi bukan turunan Nabi maka harus digali kuburan Nabi.
Tak pelak, pria kelahiran Manado ini semakin disorot. Kata-kata itu menurut netijen menjadi "pembenaran" atas tesis Kiai Imad, bahwa klaim turunan nabi sebatas itu.
Apalagi dengan tantangan tes DNA, mana berani?
Pada jadinya banyak ingin tahu dan lebih kenal dengan beliau, dan untuk yang antipati mementum mengorek kekurangannya. Di antaranya potongan beliau tengah baca kitab dibaca terbalik. Di podcast Bang Refly Harun.
Ternyata cara membaca kitab itu salah, ramai pula mengejek beliau tak paham dan belum mahir gramatikal bahasa arab. Muncul pula video-video lawas lain beliau yang menambah keramaian medsos.
Ah netijen, tahu aja!
Selama ini kita kan tahu, gelar habib memang terkenal sakral. Tak ada yang berani mengusiknya apalagi mengkritik. Bukan apa-apa, takutnya nanti di stigma kurang sopan kepada anak cucu turunan Nabi.
Padahal namanya kritik melurusukan bukan mempermalukan. Kritik itu pengingat kita sebagai manusia yang bisa salah dan bisa juga benar. Tidak selalu benar bukan pula melulu salah.
Dalam hal ini, Habib Bahar bisa saja salah dalam membaca kuning. Apa itu aib? Saya pikir enggak, jangankan Habib Bahar baginda Nabi saja bisa salah. Cuma bedanya, kalau nabi di maksum dan Habib Bahar engga.
Nabi salah itu jadi hukum agama sedangkan Habib Bahar tergantung menyikapinya; apa menjadi pelajaran atau justeru makian. Sebagaimana contoh, Nabi di salah satu perang bersama sahabat tidur kesiangan, padahal sebelumnya berpesan agar ada sahabat yang terjaga. Pas waktu subuh ada yang membangunkan.
Bilal siap terjaga. Eh, pas Nabi dan yang lain tidur, Bilal pun tak terasa terlelap pula. Nabi bangun pas matahari menyorot wajah teduhnya. Apa Nabi marah? Tidak, justeru Nabi menyuruh Bilal mengumandangkan azan kemudian qomat. Beliau pun salat subuh di waktu duha.