Memahami Hakikat berpuasa Serta Menyingkap Efektivitasnya
Bulan ramadhan merupakan salah satu bulan yang sakral bagi orang muslim, selama satu bulan penuh orang-orang Islam mengimani limpahan rahmat dan ampunan bagi hamba yang taat beribadah. Ibadah wajib yang menjadi primadona selama bulan Ramadhan adalah puasa, semua orang Islam yang Mukallaf (baligh dan berakal) wajib melaksanakan ibadah berpuasa ini selama satu bulan penuh.
Dalam ajaran Islam ibadah puasa tidak hanya ada pada satu bulan suci ini, diluar bulan ramadhan umat Islam tetap bisa mengamalkan ibadah puasa sunnah sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw, seperti puasa hari senin & kamis, puasa muharram, dan lain sebagiannya.
Umumnya, pemikiran umat Islam menganggap bahwa berpuasa selain untuk menggugurkan kewajiban adalah juga menahan lapar, menahan hawa nafsu, menjaga dari segala yang buruk dan seterusnya. Semua itu, merupakan pengetahuan common sense yang dijadikan landasan utama seorang muslim menjalankan ibadah puasa. Minimnya penghayatan mendalam seseorang ketika menjalankan ibadah apapun, akan sangat berdampak pada efektivitas secara kontinu setelah menunaikan ibadah tersebut.
Umat Islam diwajibkan berpuasa, secara filosofis dapat dipahami agar manusia memberikan jeda, atas segala bentuk keburukan yang terdapat dalam dirinya. Penjedaan tersebut kemudian akan menyegarkan kembali kondisi kesadaran manusia baik secara fisik maupun rohani. Berpuasa bukan untuk menyiksa fisik, atau bukan untuk mengebiri hawa nafsu. Didalam ibadah puasa justru kita melatih diri (baik fisik maupun rohani) atau olah fisik agar ada controlling yang baik bagi manusia.
Manusia didominasi oleh kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, berpakaian, memakai perhiasan, dan lain-lain. Menurut Abraham Maslow, meskipun kebutuhan fisiologis itu sifatnya instruktif, artinya bersifat memaksa agar terpenuhi, namun perilaku tersebut bisa dipelajari dan dilatih. Didalam Islam, media untuk melatih agar kebutuhan fisiologis itu dapat dikendalikan dengan baik, caranya ialah dengan berpuasa.
Didalam ibadah puasa, umat Islam secara disiplin diajarkan agar dapat mencegah diri dari segala bentuk potensi keburukan. Puasa memberikan detoksifikasi terhadap tubuh manusia maupun spiritualitasnya. Detoksifikasi adalah upaya pengeluaran zat beracun yang terdapat dalam tubuh manusia akibat akumulasi toxic dan sampah, semua itu dihasilkan oleh metabolisme tubuh yang melebihi batas toleransi mengkonsumsi makanan-makanan yang masuk kedalam tubuh. Dengan berpuasa, tubuh secara langsung diistirahatkan dari semua toxic itu, sehingga tubuh kita dapat kembali pada kondisi prima. Rasulullah Saw. telah bersabda :
"Berpuasalah kalian, niscaya kalian menjadi sehat." (H.R. Ibnu Suni dan Abu Nu'aim).
Berpuasa juga mereduksi penyakit spiritual yang dialami oleh manusia, manusia benar-benar akan dilatih dari berbagai aspek perbaikan spiritual. Didalam puasa, kita diupayakan agar mensyukuri segala bentuk nikmat dan rahmat Allah Swt. yang dilimpahkan kepada kita, ketika seseorang dalam keadaan berpuasa, disanalah kepekaan spiritualnya akan terbentuk. Kita akan lebih peka terhadap segala bentuk syukur kepada Sang Pencipta. Di saat berpuasa sensifitas rohani kita pun juga akan meningkat ketika hendak melaksanakan ibadah lain seperti sholat dan berdzikir.
Oleh sebab itu, seseorang yang memang melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan benar dapat membentuk kesadaran muraqabah, yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah Swt. kapanpun dan dimanapun. Sehingga, pondasi ihsan juga akan terbentuk sebagaimana yang juga menjadi pondasi ajaran agama Islam. Nabi Muhammad Saw. bersabda :