Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ahsan Daffa

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ilmu Pengetahuan Menurut Ibnu Sina

Diperbarui: 1 November 2024   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pada kesempatan ini kami bertiga;

- Muhammad Raihan Rasis (20210710027)
- Muhammad Ahsan Daffa (20230710019)
- Aisyah Hidayatus Salis Halawa (20230710053)

Dari Kelas A Filaafat Ilmu KPI UMY menulis sebuah artikel tentang "Ilmu Pengetahuan Menurut Ibnu Sina". Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ibnu Sina atau Avicenna merupakan salah satu tokoh penting dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Ibnu Sina lahir pada tahun 980 masehi di Bukhara Uzbekistan dan wafat pada tahun 1037 masehi yang kemudian dimakamkan di Hamadan, Teheran, Iran.

Ibnu Sina mengarang banyak kitab yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kedokteran.
Karya terkenalnya, "Kitab Al-Qanun fi Al-Tibb" (The Canon of Medicine), menjadi acuan penting di universitas-universitas Eropa dan dunia Islam pada pertengahan abad 17 Masehi. Sehingga Ibnu Sina mendapakan julukan "Bapak Kedokteran Modern" oleh kaum latin Skolastik.

Selain itu Pemikiran Ibnu Sina di berbagai bidang ilmu telah banyak diadopsi oleh ilmuwan setelahnya, baik dari kalangan Muslim maupun Barat. Dalam peringatan 1000 tahun kelahirannya, pada acara Fair Millenium di Teheran tahun 1955, Ibnu Sina dianugerahi gelar "Father of Doctor" untuk selamanya.

Ibnu Sina merupakan tokoh terkemuka dalam sejarah ilmu pengetahuan. Ia menganggap ilmu pengetahuan sebagai proses sistematis yang melibatkan pengamatan, analisis, dan penalaran logis. Menurut Ibnu Sina, ilmu bukan hanya tentang mengumpulkan fakta, tapi juga memahami prinsip-prinsip dasar alam semesta.

Ibnu Sina melihat ilmu dan etika sebagai hal yang saling berkaitan. Ia berpendapat bahwa ilmu bukan hanya kumpulan informasi, tetapi harus membawa manfaat dan kebaikan. Menurut Ibnu Sina, pengetahuan yang baik dapat meningkatkan moral individu dan masyarakat, dan ilmu tidak seharusnya terpisah dari etika. Bagi Ibnu Sina, ilmu diukur dari dampak positifnya pada kehidupan, dan tujuan akhirnya adalah mencapai kebahagiaan serta kebaikan, dengan tanggung jawab moral yang tinggi. Sehingga pemikiran Ibnu Sina tentang ilmu dan etika dapat diurakan menjadi empat, yaitu filsafat, etika, jiwa dan ilmu.

Dalam filsafatnya, Ibnu Sina memandang ilmu sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan jiwa. Ia mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui akal dan pengalaman, mencakup dunia fisik maupun metafisik. Ibnu Sina juga menyelaraskan akal dan wahyu, di mana wahyu dianggap sebagai sumber ilmu tertinggi, sementara akal membantu memahami wahyu tersebut. Proses belajar menurutnya harus sistematis, dengan logika sebagai alat utamanya. Dalam pembagian ilmu, Ibnu Sina mengelompokkan ilmu teoritis (fisika, matematika, dan metafisika) dan ilmu praktis (etika, ekonomi, dan politik) sebagai bentuk kontribusi untuk peningkatan moral individu dan masyarakat.

Sekian & Terimakasih

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline