Gresya Amanda, Putri Indonesia Pariwisata 2015 yang juga merupakan Duta Rumah Pintar Rumpun Anak Pesisir berkunjung ke kediaman anak-anak Nelayan Muara Angke.
Di awali dari kegiatan bermain bersama anak-anak di Rumah Pintar Anak Pesisir. Gresya Amanda bersama beberapa teman artis (Violeta Mongi, Nadita Nadine, Dewi Anggielia, Bella kartika, Putri Jessica andesta dan Sri devi) bermain games dan juga berbagi dengan memberikan donasi untuk kebutuhan seragam sekolah anak-anak.
Gresya Amanda di dampingi oleh Ridwan Hasibuan (Ketua Div. Pendidikan), Muhammad Asrof (Sekjen Rumpun Anak Pesisir) dan Daniri (Ketua Program)
Anak-anak sangat senang mendapat kunjungan mendadak dari Duta Rumah Pintar Rumpun Anak Pesisir dan teman-teman Artis. Gresya Amanda dan teman-teman artis juga dialog dengan warga dan anak-anak di lapangan serta bagi-bagi hadiah buat anak-anak yang setiap hari terpaksa harus bekerja untuk sekedar bisa makan.
Gresya mengatakan bahwa pendidikan anak-anak di pesisir merupakan tanggung jawab kita bersama. Tidak bisa instant dan butuh proses dan keterlibatan semua pihak untuk membuat mereka jauh lebih baik, ujar Gresya Amanda.
Puteri cantik yang juga mewakili Indonesia pada ajang Miss Supranational 2015 ini sangat tersentuh ketika melihat kenyataan di lapangan. Ini bukan di pelosok atau di perbatasan tapi masih di wilayah Ibu kota Negara tercinta kita, tapi kondisi anak-anak sangat memprihatikan.
Bayangkan anak dituntut untuk mendapatkan uang setiap hari. Mereka terpaksa menjadi pemulung, pengupas kerang dan akhirnya putus sekolah, Ujar Muhammad Asrof (Sekjen Rumpun Anak Pesisir).
Asrof menambahkan cerita bahwa Uang hasil memulung dan mengupas kerang mereka gunakan untuk biaya kehidupan keluarga.
Ridwan Hasibuan (Ketua Pendidikan Rumpun Anak Pesisir) mengatakan bahwa Anak-anak terpaksa bekerja di tempat yang penuh marabahaya. Penyakit luar dan dalam serta benda tajam berkarat setiap hari mengancam anak-anak.
Kemiskinan membuat harga nyawa menjadi sangat murah. Mereka tidak kenal jaminan sosial, jaminan kesehatan, apalagi jaminan pendidikan, ujar Ridwan.
Anak-anak bekerja serabutan hingga dewasa. Sebagian menikah dini, memiliki anak, lalu menjadi siklus yang sama.