"Ini tidak memalukan. Pertandingan macam ini dapat terjadi di sepakbola,....namun saya bertanggungjawab atas hasil ini dan harus tetap bekerja. Tidak mesti meratapinya dengan terlau."- Zinedine Zidane, pelatih Real Madrid, setelah disingkirkan Alcoyano (Rabu, 20/01/2020)
Entah apa emosi Zinedine Zidane habis sehabis-habisnya kala ia menanduk Marco Materazzi di Final Piala Dunia 2006 atau ia belajar banyak tentang pengendalian diri sejak melangkah gontai tinggalkan rumput Olympiastadion Berlin. Yang jelas butuh kesabaran ekstra guna menjelang pertanyaan wartawan pasca laga 32 besar Piala Raja (Copa del Rey) kontra Alcoyano.
Anak asuhnya tak bertaji kala tandang ke tanah Valencia, tepatnya kota Alcoy. Padahal Alcoyano jauh berada di divisi Segunda B, dua tingkat di bawah kompetisi yang Madrid hadapi tiap pekannya. Dalih tidak menurunkan skuad terbaik tak relevan karena nyatanya Zizou tunjuk beberapa nama sohor macam Karim Benzema, Marcelo, Fede Valverde, Vinicius Junior hingga Isco di deret sebelas pemain utamanya.
Bagian dari dirinya sadar jika lawan tak bisa dipandang sebelah mata. Ia cukup terinformasi bagaimana nasib rival sekota Atletico Madrid yang ditumbangkan UD Cornella. Padahal, Diego "Cholo" Simeone tak banyak otak-atik susunan tim juga. 2021 memang berbahaya bagi nama-nama besar.
Dan Real musti rela jadi nama berikutnya yang terjagal. Sempat unggul di babak pertama berkat tandukan Eder Militao menyambut umpan Marcelo, Alcoyano tunjukkan sengat pada paruh kedua laga tersebut. Jose Solbes mula-mula samakan angka lewat sentuhan oportunis di tiang jauh ketika Tim Biru-Putih dapat kesempatan sepak pojok.
Gol itu bawa laga ke perpanjangan waktu. Eden Hazard, yang gajinya jauh lebih tinggi ketimbang akumulasi seluruh skuad Alcoyano, masuk sebagai pemain pengganti. Marco Asensio juga. Tekanan makin gencar sampai Ramon Lopez, pemain tuan rumah, dapat kartu merah kala ingin patahkan gelombang serangan Madrid. Tangga dramatik nampak rapi tersusun sesuai logika jika 11 sudah semestinya mengungguli 10. Lagipula ini, kan, Madrid?
Rupanya seorang kepala batu bernama Juanan Casanova enggan tunduk pada skenario itu. Melalui skema serangan balik dari sisi kanan pertahanan lawan, Juanan lambungkan Alcoyano ke awan usai sontekan bolanya masuk ke gawang Lunin, kiper muda Madrid asal Ukraina. Mereka merayakannya dengan baik, berkerumun di pojok lapangan sambil teriak "Vamos!". Sejenak tenggelam dalam euforia, melupakan kenyataan pandemi hari ini bahwa berkerumun adalah dosa.
Sementara di pinggir lapangan, Zidane sempat kelihatan tersenyum merespon gol itu. Barangkali tak percaya jika usahanya, bahkan setelah unggul kuantitas personil, menghindari selip menemui jalan buntu. Dan Real Madrid harus terkubur di babak 32 besar Copa del Rey oleh Alcoyano, klub kasta ketiga Spanyol.
Senyum itu juga cuma sebentar. Menjaga etika profesional. Lagipula ia tak punya waktu menikmati sajian luar biasa tadi. Karena setelah laga, para penggunjing siap melemparinya kritik, cemooh dan jebakan. Siapa tahu di dalam, batin Zizou mencelos, "Sebaiknya posisikan emosi sedemikian rupa terlebih dahulu, deh."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H