Lihat ke Halaman Asli

Mahlia Jumaidar

Pembelajar

Allah yang Mengizinkanku Untuk Menempuh Jalan Ini

Diperbarui: 20 April 2020   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Allah memang sangat baik, Allah memberiku karunia yang sangat besar, mengizinkanku untuk bertemu dengan orang-orang shalih dan berjalan beriringan bersama mereka, mengayunkan langkah bersama, menapaki dan menyusuri jalan ini bersama, bergandengan tangan dan saling merangkul, mereka tak pernah meninggalkanku walau aku masih tertatih-tatih dalam berjalan sedangkan mereka sudah mampu berlari, mereka sangat sabar mengajariku agar ke depan aku bisa berlari menjadi penerus perjuangan cita-cita mereka.  

Namun aku menyesali diriku sendiri, kenapa aku tidak memilih bersama mereka sejak dulu ? Dan kini aku terus memikirkan diriku betapa buruknya barisan itu jika ada aku sang pendosa berada didalamnya, aku takut bau busuk dosaku akan menghambat perjuangan mereka, aku khawatir orang-orang akan mencemooh mereka karena ada seorang cacat didalamnya. 

Aku tau tak ada yang tak pantas untuk mengenal Allah lebih dekat, hanya saja aku malu dengan diriku. Aku memang merasa tak pantas, namun disatu sisi aku sangat bahagia dan bersyukur karena diizinkan meniti jalan yang disebut dakwah ini bersama mereka.

 Aku sering bertanya pada diriku sendiri, kenapa aku yang diikutsertakan dibarisan ini ? Aku hanyalah manusia bodoh yang mungkin tidak mampu mengemban amanah ini, aku hanya seorang pemalas dan akan memperlambat mereka karena kemalasanku. 

Mengapa bukan orang lain saja, yang akan membuat pergerakan mereka lebih cepat ? Ada banyak orang hebat disana, tapi aku yang dipilih, Allah yang membawaku ke sini.

Bahkan orang yang suka mengeluh dan berputus asa sepertiku, pendosa yang banyak dosanya, Allah tarik aku untuk meniti jalan ini bersama mereka, untuk merubah pola pikirku, untuk merubah keburukanku menjadi kebaikan, untuk mengubur dalam-dalam dosaku dan menumbuhkan amal-amal kebaikan dalam diriku. Ini anugrah terbesar dalam hidupku.

Sungguh Allah memang sangat baik, jika saja aku tidak dipertemukan dengan mereka, entahlah. Mungkin bau busuk dari dosa-dosaku akan tercium seantero dunia,  Allah telah mempercayai mereka untuk membantuku meminimalirsir bau busuk ini. Bahkan aku sudah kecipratan sedikit wewangian dari mereka. Benarlah sabda Rasulullah saw :

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline