Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

BBM Naik! Jangan Kesal Dulu

Diperbarui: 2 April 2022   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BBM naik (sumber: Dok Pertamina via kompas.com)

1 April 2022, BBM naik! Jangan kesal dulu. Pemerintah hanya akan menaikkan BBM non-subsidi, yaitu pertamax. Sedangkan pertalite yang bersubsidi belum dinaikkan.

Saya memilih diksi "belum dinaikkan", karena saya masih khawatir akan ada kenaikan jenis BBM yang lainnya juga. Perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai, membuat harga minyak dunia sepertinya masih akan melonjak.

Jika harga semakin melonjak, bukan tak mungkin BBM jenis lainnya akan ikut naik juga. Akibatnya, angka inflasi akan juga merangkak naik. Ujung-ujungnya, masyarakat yang terkena imbasnya.

Untungnya, jika hanya pertamax saja yang naik, inflasi tidak akan terlalu besar. Setidaknya itu yang disampaikan para pengamat. Karena menurut angka persentase, proporsi konsumen pertamax hanya sekitar 12 persen saja.

Sebelum harga BBM naik, harga gas, saudaranya BBM, sudah naik duluan. Entah mengapa kenaikan harga gas seolah tak terendus emak-emak. Kenaikan harga gas tak seheboh kenaikan harga minyak goreng tempo hari. 

Yang terakhir ini yang membuat heboh emak-emak. Antrian mengular dimana-mana. Konon katanya, ada yang sampai rela pergi ke tempat yang jauh hanya untuk seliter dua liter minyak. Yang mengenaskan, ada yang sampai meregang nyawa ketika mengantri minyak. Sungguh ironis.

Perkiraan saya, senyapnya kenaikan gas disebabkan karena tak diikuti kelangkaan barangnya. Ini yang berbeda pada kasus minyak goreng. Pasokan gas masih mencukupi, distribusi pun masih lancar, antrian pun tidak terjadi.

Kita berharap kenaikan BBM, khususnya pertamax, tak membuat pertalite langka. Karena pastinya banyak masyarakat yang terpaksa harus pindah ke pertalite. Mau tak mau, masyarakat akan beralih ke yang lebih murah.

Kasusnya mirip dengan kejadian minyak goreng. Ketika minyak premium harganya naik mengikuti harga pasar, masyarakat pindah membeli minyak curah. Meskipun kualitas rendah, minyak curah dipilih karena lebih sesuai dengan isi kantong.

Akhirnya, di beberapa tempat, minyak curah mengalami kelangkaan. Meskipun kita tak pernah tahu, langka ini benar-benar langka, atau hanya permainan para distributor atau penjual nakal yang menimbun barang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline