Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Niat Saya Menulis untuk Menjadi Pena-Nya

Diperbarui: 4 April 2021   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Buku (dokumen pribadi)

"Saya berniat dalam hati untuk menjadi pena-Nya, mohon doakan agar saya bisa ikhlas dan istikamah," itu tulisan saya di kolom komentar gambar yang saya unggah di akun media sosial facebook.

Pada unggahan tersebut saya mengunggah gambar cover buku kedua saya yang terbit minggu lalu. Komentar itu saya tuliskan untuk menjawab ucapan selamat dari salah seorang rekan sekaligus mentor atas diterbitkannya buku kedua saya itu.

Menerbitkan Buku

Saya sangat bersyukur, selama masa pandemi ini saya berhasil menerbitkan dua buah buku yang bertema tentang pendidikan daring dan tentang hikmah bencana pandemi Covid-19. Kebetulan keduanya terbit dalam selang waktu yang saling berdekatan.

Kedua buku ini adalah dua buku pertama yang saya terbitkan. Kedua buku ini berisi kompilasi artikel-artikel saya yang ditayangkan di mikroblog kompasiana selama hampir satu tahun saya bergabung di dalamnya. 

Buku pertama saya beri judul "Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali?" Buku ini membahas tentang pengalaman saya selama mengajar daring di sekolah. Lika-liku dan tantangan mengajar daring saya ceritakan di dalam buku ini.

Sementara itu, buku yang kedua saya beri judul "Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa." Buku ini membahas tentang hikmah pandemi dari segala sisinya. 

Dari sisi sosial, budaya, pendidikan, dan spiritualitas, semua diulas di dalamnya. Pada tiap pembahasan topik ada pesan moral dan hikmah yang coba saya sampaikan.

Rekan yang Menjadi Seorang Mentor

Pada kolom komentar di akun facebook yang saya jawab itu, rekan dan sekaligus mentor saya itu mengatakan bahwa dirinya sangat bahagia memiliki rekan yang memiliki pena yang kuat untuk bisa menulis.

Rekan saya ini bukan hanya sekedar rekan bagi saya. Saya juga menyebutnya sebagai mentor, karena begitu banyak pelajaran yang saya ambil darinya ketika kita kerja bersama. 

Ia telah menjadi seorang rekan yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri. Ia selalu ada ketika saya membutuhkannya. Ia selalu siap mendengarkan keluh dan kesah saya ketika menghadapi segala permasalahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline