Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Bukan Mengkritik Pemerintah

Diperbarui: 15 Februari 2021   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dies natalis UI ke-71 (DOK .Universitas Indonesia via kompas.com)

"Baik tekanan, kezaliman, dominasi, atau penyangkalan, datang dari atas ke bawah atau kebencian dan kedengkian, muncul dari bawah ke atas," itu salah satu kalimat yang saya kutip dari salah satu buku yang saya baca hari ini.

Kalimat ini terlihat membingungkan. Apa sebenarnya makna kalimat itu? Mengapa saya mengutipnya pada artikel ini?

Makna Keadilan Sosial

Jika kita pikirkan, makna kalimat itu sangat luas dan dalam. Dilihat dari sisi pemerintahan saja, kalimat itu bisa diinterpretasikan menjadi beberapa hal. Di antaranya tentang pemerintah dan rakyat, demokrasi, dan juga keadilan sosial.

Hubungan atas dan bawah pada kalimat itu menunjukkan pemerintah dan rakyat. Ketika terjadi gangguan dalam demokrasi bernegara, maka akan terjadi seperti apa yang digambarkan dalam kalimat itu. Kalimat itu menggambarkan tidak adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah dan rakyat.

Ketidakharmonisan dalam demokrasi bernegara disebabkan karena tidak adanya keadilan sosial di dalam negara. Sejarah membuktikan, tidak adanya keadilan sosial selalu menyebabkan keruntuhan sebuah negara atau peradaban.

Hilangnya keadilan sosial terjadi dikarenakan para penguasa negara yang condong kepada kenikmatan dunia. Hal itu dapat mengarahkan mereka menjadi aristokrat bohemian. Para penguasa yang hidup di dalam kekayaan, kemewahan, dan kehidupan yang luas.

Hal ini juga yang menyebabkan terjadinya pergerakan sosial di Eropa untuk menentangnya, yang lalu diikuti revolusi yang terjadi di Rusia dan China. Namun sayangnya, semua pergerakan tersebut juga tidak membawa kemaslahatan. Muncul sebuah permasalahan baru berupa kediktatoran atas nama kepentingan proletar yang pada akhirnya juga menyebabkan ketidakharmonisan antara pemerintah dan rakyat.

Sebenarnya, hal ini mirip dengan sebuah siklus yang tak kita ketahui di mana ujungnya. Pemerintah menekan rakyat, rakyat membenci pemerintah. Pemerintah menyalahkan rakyat, rakyat menyalahkan pemerintah. Perdebatan ini terus saja berputar menjadi sebuah siklus yang tak berujung. Layaknya perdebatan permulaan antara telur dan ayam.

Kini, masa di mana demokrasi begitu dijunjung tinggi di seluruh dunia, ketidakharmonisan antara pemerintah dan rakyat masih terus terjadi. Selalu ada permasalahan baru yang muncul. Apalagi ditambah dengan "dunia baru" yang muncul di era ini. Dunia baru yang disebut dunia maya ini, membawa perdebatan digital yang lebih multidimensional dan menembus batasan kemanusiaan.

Kritik Mengkritik

Sebenarnya, tujuan saya mengutip kalimat itu adalah karena saya ingin mengkorelasikannya dengan apa yang menjadi diskursus publik yang ramai dibicarakan di negara kita minggu ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline