Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Work From Destination, Kita Ambil Konstruksi Berpikir Kreatifnya, Bukan Konsepnya

Diperbarui: 9 Januari 2021   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menparekraf Sandiaga Uno (ANTARA/Fikri Yusuf  via bisnis.tempo.com)

Setelah Work From Home (WFH), kini muncul Work From Destination (WFD), sebuah ide konsep kreatif, inovatif, dan out of the box yang diwacanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di bawah komando menteri barunya Sandiaga Uno.

Sekilas terdengar tak wajar, abnormal, dan absurd. Konsep yang terkesan dipaksakan untuk memulihkan ekonomi. Menurut pemikiran saya, bagaimana bisa berlibur sambil kerja atau kerja sambil berlibur? Rasanya, Keduanya tak bisa disandingkan. Kerja akan terganggu jika sambil berlibur, berlibur pun kurang nyaman, jika sambil bekerja.

Apalagi, di masa pandemi yang belum mereda seperti saat ini. Melakukan perjalanan ke tempat wisata tetap memiliki risiko tinggi untuk terpapar, walaupun kita melakukan protokol kesehatan yang ketat. Belum lagi, ancaman strain baru covid-19 yang katanya lebih mudah menular. Terlepas belum ditemukannya strain baru ini di negara kita, ancamannya tetap ada.

Namun, disisi lain, saya mendukung konsep ini dengan melihat sudut pandang yang berbeda. Karena konsepnya kreatif, dan dikeluarkan oleh kementerian yang menyandang nama kreatif di belakangnya, maka memandangnya pun perlu dilakukan dengan cara yang kreatif.

Konstruksi Berpikir Kreatif

Bagaimana sudut pandang kreatif ala saya terkait hal ini?

Sudut pandang yang kreatif tidak hanya memandang konsep atau ide yang disuguhkan, tetapi perlu juga memandang bagaimana konsep atau ide tersebut di konstruksi. Terus terang, saya mendukung konsep WFD ini dengan pandangan bahwa konsep ini memiliki konstruksi berpikir yang kreatif, bukan karena konsep yang disuguhkan

Ya, kata kreatif banyak saya gunakan pada artikel ini. Timbul pertanyaan, mengapa kata kreatif begitu penting dalam membuat konsep atau ide? 

Rotherham & Willingham (2009) menjelaskan bahwa untuk bisa menerapkan keterampilan abad ke-21, menuntut semua orang untuk melakukannya dengan menguasai keterampilan yang mencakup kreativitas dan berpikir inovatif, berpikir kritis, berkomunikasi dan berkolaborasi. Keempat hal ini biasa disebut sebagai 4C (Creativity, Critical thinking, Communication, Collaboration).[1]

Sejatinya, konsep 4C ini bukanlah hal yang baru. Dunia pendidikan kita juga sudah lama mengusung konsep ini. Sejak diterapkannya kurikulum 2013 di sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak henti-hentinya mensosialisasikan konsep ini kepada para guru. Harapannya, para guru bisa mengintegrasikan konsep ini ke dalam pembelajaran di kelas.

Lantas, sebenarnya apa sih arti kreatif itu sendiri?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline