Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Kita Masih Harus Bersabar Menghadapi Pandemi

Diperbarui: 14 Desember 2020   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi virus corona atau covid-19 (SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Kita masih hidup di dunia yang belum bisa terlepas dari bahaya pandemi COVID-19. Meskipun vaksin sudah ada, tidak ada jaminan bahwa kita akan aman dari COVID-19. Keefektifan dan ketersediaan vaksin bagi seluruh masyarakat masih menjadi tantangan yang berat bagi pemerintah seluruh negara di dunia.

Di masa pandemi ini, kesabaran kita memang benar-benar diuji. Sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjaga diri, sabar dalam berharap menatap masa depan yang  lebih baik. 

Namun, dalam kesabaran, ada baiknya jika kita terus bisa bergerak maju menjalani roda kehidupan dan tidak terlalu sibuk memikirkan dampak buruk dari pandemi ini. Terus hidup menjalani roda kehidupan bukan berarti kita melupakan dan mengabaikan pandemi. Justru, salah satu jalan menghadapi pandemi adalah dengan terus bergerak. 

Bergerak dengan terus memperhatikan protokol kesehatan. Karena  kesabaran bukan berarti menunggu, diam tak melakukan apa-apa. Ulama dan Intelektual Muhammad Fethullah Gulen menyebutnya "Kesabaran Aktif," bersabar dengan terus aktif bergerak melakukan hal baik yang bisa dilakukan.

Kesabaran Dalam Pendidikan

Banyak yang bisa dilakukan untuk melakukan kesabaran aktif di tengah pandemi. Contohnya saja di bidang pendidikan. Kita tahu, sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak paling buruk, selain sektor kesehatan dan ekonomi pastinya.

Kebijakan pemerintah di sektor pendidikan pada era pandemi mendapatkan banyak sorotan dan ditunggu-tunggu masyarakat. Masyarakat tak sabar menunggu dibukanya kembali sekolah, meskipun angka penularan virus belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Masyarakat terlihat sudah lelah dengan pendidikan yang dilaksanakan secara daring hampir selama 9 bulan terakhir.

Memang, kondisi pandemi ini membuat dunia pendidikan tidak berjalan ideal. Pandemi memaksa guru untuk mengajar secara daring memanfaatkan teknologi dengan segala keterbatasannya. Pandemi membuat guru harus memutar otak, berpikir bagaimana memberikan pendidikan terbaik kepada siswanya.

Belum lagi kondisi dimana guru harus bekerja dari rumah (work from home) membuat keadaan semakin sulit. Salah satu kelemahan work from home adalah guru bisa kehilangan motivasi kerja. Alasannya cukup beragam, misalnya suasana kerja yang tidak sesuai harapan, suasana rumah tidak seperti kantor, teralihkan oleh media sosial dan hiburan lainnya, dan lain sebagainya.[1 ]

Di masa-masa sulit ini, guru masih bisa bersabar. Guru yang bersabar secara aktif tidak mengeluh dengan keadaan. Guru yang bersabar aktif akan terus bergerak mencari informasi lebih banyak bagaimana cara terbaik memberikan pembelajaran di era daring yang sedang dihadapi. Banyaknya waktu luang karena tidak hadirnya siswa di sekolah harus dilihat sebagai sebuah kesempatan. Guru bisa memanfaatkan kelonggaran waktu itu untuk pengembangan dirinya. 

Banyak yang bisa dilakukan oleh seorang guru di era pandemi ini. Berbagai pelatihan daring secara gratis bisa diikuti, berbagai macam webinar dengan tema yang berbeda-beda bisa disimak, dan juga guru bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar kompetensi-kompetensi tambahan yang bisa menunjang profesinya sebagai guru. Inilah cara bagaimana guru menerapkan prinsip kesabaran aktif di masa pandemi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline