Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Mengubah Tradisi Class Meeting

Diperbarui: 12 Desember 2020   05:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Class Meeting (kompas.com)

Tak terasa pembelajaran daring semester 1 tahun ajaran 2020/2021 akan segera berakhir. Biasanya, setelah dilaksanakan penilaian akhir semester (PAS), sambil menunggu dibagikannya rapor, diadakan kegiatan class meeting.

Sejak saya sekolah dulu, kegiatan class meeting rutin dilakukan dan menjadi ajang yang ditunggu-tunggu siswa. Berbagai macam perlombaan antar kelas dilakukan. Dari mulai olahraga, seni, dan berbagai macam lomba menyenangkan lainnya. 

Tujuannya, untuk penyegaran setelah ujian, dan pastinya menjaga solidaritas antar siswa. Biasanya kegiatan ini dikoordinir oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan dipantau oleh pembina dan dewan guru.

Namun, terkadang tidak semua siswa gembira menyambut kegiatan ini. Bagi sebagian siswa kegiatan class meeting terasa begitu membosankan. Apalagi bagi siswa yang bersifat introvert, mereka lebih memilih diam di rumah dari pada harus datang ke sekolah mengikuti class meeting.

Hal ini bisa terjadi juga karena didukung oleh keadaan. Kontrol dan pengawasan sekolah yang longgar pada masa-masa ini, membuat siswa tak merasa bersalah ketika tidak mengikuti kegiatan ini. "Toh, tidak ada yang mengabsen seperti hari-hari aktif biasa," begitu mungkin siswa berpikir.

Memang, terkadang guru memberikan kontrol penuh kegiatan ini kepada OSIS, yang notabenenya siswa juga. Ini dilakukan dengan dalih guru sibuk mengoreksi hasil ujian, tugas siswa, ataupun menginput nilai rapor siswa.

Komunikasi dengan orang tua yang juga tak terbangun dengan baik membuat siswa semakin pintar. Siswa minta izin kepada orang tuanya tidak berangkat ke sekolah dengan alasan tidak ada pelajaran dan kegiatan class meeting juga tidak wajib diikuti.

Keadaan bisa semakin serius jika siswa tetap berangkat ke sekolah dari rumah, tetapi tidak sampai ke sekolah. Bisa saja siswa melakukan hal-hal buruk yang tidak diinginkan di tempat lain tanpa sepengetahuan guru dan orang tuanya. Jika seperti ini siapa yang mau disalahkan.

Berangkat dari problematika ini, sekolah kami merumuskan hal yang baru, dan ini sudah kami terapkan bertahun-tahun lamanya. Sekolah kami punya tradisi berbeda untuk mengisi masa-masa setelah ujian dan menunggu pembagian rapor. Kami biasa mengubah kegiatan class meeting menjadi kegiatan yang mengusung kegiatan literasi dengan nama "Reading Camp.

Namun, rumusan ini tidak serta merta menghilangkan class meeting, sebenarnya kami memperkaya kegiatan class meeting yang biasa dilakukan. Kegiatan reading camp yang kami rumuskan mencakup dua kegiatan penting, membaca dan berkemah, dimana di dalamnya juga mencakup kegiatan class meeting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline