Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Proyek Sains, Proses Psikomotorik Membentuk Jembatan Kognitif dan Afektif dalam Pendidikan

Diperbarui: 6 November 2020   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proyek Sains Siswa | Dokumentasi Kharisma Bangsa via Kompas.com)

Sebelum pandemi datang ke Indonesia, acara luar kota terakhir yang saya ikuti adalah menemani siswa mengikuti lomba penelitian proyek sains ke Jakarta. Kami mengikuti ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2020 yang diadakan oleh Eduversal Indonesia.

Mengikuti lomba proyek sains memang selalu menarik, banyak manfaat dan pengalaman yang bisa didapatkan. Baik untuk siswa, maupun untuk guru pembimbing.

Kita bisa menambah ilmu, menambah wawasan, menambah teman, dan menambah kesadaran akan pentingnya kegigihan, kesungguhan, kemandirian, dan pantang menyerah dalam berkarya dan berinovasi.

Project Based Learning (PBL)

Sebenarnya apa itu proyek sains (science project)? Dilihat dari metodenya, proyek sains adalah salah satu metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan project based learning (PBL). 

Ada 3 unsur penting dari PBL, yaitu PBL berpusat pada siswa (student centered), menggunakan metode ilmiah (scientific methods), dan mengeluarkan hasil (product) berupa karya ilmiah.

Mari kita jabarkan ketiga hal tersebut. 

Pertama, pendidikan berpusat pada siswa menuntut guru untuk lebih aktif, bukan justru sebaliknya. Pendidikan berpusat pada siswa memberi ruang yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk berpikir secara kritis dalam memandang sesuatu.

Disinilah peran guru sangat penting untuk memberikan bimbingan kepada siswa. Setiap siswa pastinya memiliki imajinasi dan persepsi yang berbeda-beda akan sesuatu. Bahkan terkadang cara berpikir siswa itu tidak logis dan tidak rasional. Itulah mengapa peran guru seharusnya lebih aktif, bukan justru pasif.

Kedua, metode ilmiah mengajarkan siswa akan banyak hal. Yang paling utama adalah mengajarkan siswa untuk berpikir kritis. Siswa diharapkan bisa melihat semua kejadian yang ada di sekitarnya dengan kacamata sains yang kritis, objektif, konseptual, dan sistematik.

Siswa akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis di kepalanya, membuat prediksi ilmiah (hipotesis) untuk menjawab pertanyaannya, mencoba membuktikan prediksi-prediksinya dengan percobaan, mengumpulkan data, menganalisisnya, dan melaporkan apa yang didapatkan dari proses yang dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline