Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Bukan Libur Panjang, tetapi Libur dalam Keseharian

Diperbarui: 30 Oktober 2020   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi liburan(SHUTTERSTOCK via kompas.com)

"Liburan nga ngaruh buatku..." kata istriku santai, setelah kuberi tahu bahwa ada libur panjang minggu ini.

Ya, minggu ini memang ada jadwal cuti bersama yang agak panjang. Dimulai dari hari Rabu ini (28/10/2020) sampai dengan Minggu (1/11/2020), kalau dijumlah kira-kira 5 hari berurutan.

Liburan adalah Istirahat

Bagi saya, waktu libur patut disyukuri. Setidaknya ada waktu istirahat bagi saya. Istirahat dari berkegiatan online di depan layar. Begitu juga bagi istriku, sebenarnya liburan ini bisa dimaknai istirahat. Istirahat dari menemani si sulung belajar online.

Meskipun begitu, kalau dipikir-pikir, perkataan istriku itu ada benarnya. liburan tidak banyak berpengaruh baginya. Karena, pekerjaan sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga, ya tidak ada liburnya. Kalau libur, efeknya rumah pasti berantakan, anak-anak tak terurus, dan bisa jadi tidak ada makanan untuk keluarga.

Ya, begitulah sejatinya manusia, sebenarnya tidak ada kata liburan bagi manusia. Kegiatan dalam kehidupan terus berjalan, bagaikan putaran roda waktu yang tak akan pernah berhenti.

Terkait liburan, saya sangat setuju dengan apa yang dituliskan Pak Mujiburrahman, Rektor UIN Antasari Banjarmasin, dalam sebuah artikelnya. "Libur adalah istirahat dalam arti mengalihkan pikiran dan kegiatan kepada sesuatu yang positif di luar kegiatan rutin." Tulisnya pada kolom jendela asuhannya di B-Post hari ini.

Jadi, menurut beliau libur adalah istirahat. Menurut KBBI, istirahat adalah "berhenti (mengaso) sebentar dari suatu kegiatan (untuk melepaskan lelah)." Karena itu, jika liburan adalah istirahat, maka liburan tidak boleh terlalu panjang, hanya sebentar untuk sekedar melepaskan lelah dan kepenatan. 

Ya, terlalu panjang liburan berdampak tidak baik, terlalu pendek liburan juga tidak terasa. Yang pas adalah yang sedang-sedang saja, tidak terlalu panjang, dan tidak terlalu pendek. Liburan yang seperti itulah yang bisa dimaknai istirahat.

Manusia memang perlu beristirahat. Seseorang yang cukup beristirahat akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga akan menjadi lebih sehat. Orang yang sakit pun, salah satu cara pengobatan adalah dengan istirahat yang cukup.

Perspektif Lain Istirahat

Ulama Muhammad Fethullah Gulen memiliki perspektif berbeda mengenai istirahat. Menurut beliau istirahat bisa dilakukan dengan mengalihkan kegiatan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline