Hari ini, saya mengajarkan materi termokimia kepada siswa. Termokimia adalah cabang ilmu Kimia yang mempelajari tentang energi yang menyertai dalam sebuah reaksi kimia.
Tak bisa dipungkiri, permasalahan energi adalah permasalahan penting di dunia. Sebelum adanya pandemi covid-19, masyarakat dunia menganggap bahwa perubahan iklim adalah ancaman paling besar untuk dunia. Isu perubahan iklim memaksa negara-negara mencari sumber energi yang terbarukan (renewable energy) dan energi yang lebih ramah lingkungan.
Termokimia dan Energi
Dalam Termokimia, ada dua jenis reaksi yang berhubungan dengan energi. Reaksi endoterm dan eksoterm.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan energi. Biasanya energi yang dibutuhkan sebuah reaksi (system) diambil dari lingkungan (surrounding).
Contoh reaksi endoterm yang penting adalah reaksi fotosintesis. Tumbuhan mereaksikan zat karbondioksida dan air menghasilkan glukosa dan oksigen. Energi yang diperlukan dalam reaksi ini diambil dari alam, berupa sinar matahari yang ditangkap oleh zat klorofil.
Reaksi eksoterm adalah kebalikan reaksi endoterm. Pada reaksi eksoterm, energi dihasilkan. Energi yang dihasilkan akan di transfer dari reaksi (system) ke lingkungan (surrounding).
Contoh reaksi eksoterm yang sering kita lihat adalah reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran biasanya melibatkan oksigen dan menghasilkan karbondioksida dan air. Tanpa oksigen pembakaran tak akan terjadi. Energi yang dikeluarkan bisa bermacam-macam, bisa berupa energi panas, cahaya, atau bentuk energi lainnya. Energi hasil reaksi di transfer dari reaksi sebagai sistem ke lingkungan.
Salah satu pembahasan dari termokimia adalah kalorimeter. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (panas) yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Dari hasil kalor yang diukur akan bisa ditentukan apakah sebuah reaksi bersifat endotermis atau eksotermis.
Prinsip kerja kalorimeter didasari dengan adanya wadah yang terisolasi. Wadah yang terisolasi ini menyebabkan kalor reaksi terisolasi. Kalor yang terisolasi mudah dijadikan sebagai acuan untuk mengukur keadaan kalor zat yang direaksikan.
Prinsip kerja wadah terisolasi yang paling sederhana bisa kita lihat pada termos. Termos berguna untuk menjaga suhu zat di dalamnya bertahan lebih lama. Jika kita masukkan es ke dalamnya, es tak akan mencair dalam waktu singkat. Jika kita masukkan air panas, panasnya akan bertahan lebih lama.