Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Menjadikan Nilai Bernilai

Diperbarui: 8 Oktober 2020   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ujian dan nilai sebagai bahan evaluasi| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Minggu ini kami melakukan evaluasi hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) di sekolah kami. Pastinya yang kami evaluasi adalah nilai yang diraih para siswa. Penasaran juga melihat hasil pencapaian anak-anak.

Setelah ujian, momen menunggu nilai memang momen yang menegangkan bagi siswa. Dulu ketika kuliah, nilai ujian kami biasanya ditempel di papan pengumuman. 

Setelah ujian, biasanya saya setiap hari mengecek papan pengumuman, saking penasarannya. Barangkali nilai sudah diumumkan. Bagaimanapun ujian sudah terlewati, bisa lancar atau kesulitan, tetap saja pengumuman nilai ditunggu dengan penuh pengharapan.

Bagi guru, nilai digunakan sebagai bahan evaluasi. Seberapa berhasil materi tersampaikan. Seberapa mengerti anak-anak dalam menerima pembelajaran. Seberapa efektif metode dan strategi pembelajaran. Semua mengacu pada nilai yang didapat siswa.

Pentingnya Nilai 

Pada pendidikan formal, nilai memang menjadi tolok ukur hasil pencapaian siswa dalam pembelajaran. Terkadang, berhasil tidaknya pembelajaran hanya dilihat dari nilai yang didapat.

Penilaian begitu sangat dipentingkan dalam pendidikan. Berbagai macam sistem dan metode penilaian digunakan. Tujuannya untuk mendapatkan hasil penilaian yang lebih objektif dan terpercaya.

Dalam dunia kerja, biasanya perusahaan yang ingin merekrut pegawai baru, akan memperhatikan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) terakhir dari para pelamar. Walaupun sebenarnya IPK belum tentu menunjukkan kemampuan si pelamar.

Tak bisa dipungkiri, nilai belum bisa menggambarkan secara jelas akan kemampuan seseorang. Apalagi pendidikan di negara kita masih sangat bersifat teoritis. Jadilah kemampuan seseorang tidak benar-benar terukur dengan nilai.

Berkenaan dengan nilai, Ivan Illich dalam bukunya Deschooling Society (Masyarakat Tanpa Sekolah) pernah menyinggung kegagalan institusi sekolah dalam memahami nilai.

Ivan Illich mengatakan dalam bukunya bahwa mindset masyarakat tentang sekolah harus diubah. Pengajaran, nilai rapor, ijazah, dan hapalan harus diubah menjadi pembelajaran, pendidikan, kompetensi dan kemampuan untuk menuangkan ide dan gagasan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline