Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Unik dan Apik, Itulah Batik

Diperbarui: 4 Oktober 2020   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Membatik(SHUTTERSTOCK via kompas.com)

"Unik dan apik itulah batik" itulah kalimat yang tertulis pada poster ucapan Selamat Hari Batik Nasional 2020 yang dibuat sekolah kami.

Hari ini tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Sejarah ditetapkannya tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional mengacu kepada sidang Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, tahun 2009. Pada sidang itu batik resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia ke-3, setelah keris dan wayang.

Budaya Batik

Batik memang tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia. Batik selalu menghiasi semua lini kehidupan di Indonesia. Di sekolah, di tempat kerja, di acara-acara kemasyarakatan batik selalu menjadi pilihan seragam yang digunakan.

Sejak saya mulai sekolah dulu, setiap hari kamis kami mengenakan seragam batik. Hari ini, setelah 13 tahun bekerja, batik masih menjadi seragam yang tak tergantikan.

Menurut KBBI, batik diartikan sebagai kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.

Terlepas dari pengertiannya sebagai sebuah kata benda, sejatinya batik memiliki dimensi proses di dalamnya. Dimensi inilah yang membuat batik memiliki nilai yang lebih dari hanya sekedar sebuah kain bermotif.

Dilansir dari laman resmi kemdikbud, dikatakan bahwa kain batik sebenarnya menjadi sarana manifestasi dari kesabaran, ketekunan, ketelitian serta falsafah hidup pembuat batik. Nilai-nilai itulah yang didapatkan dari dimensi proses membatik.

Batik sebagai warisan budaya memiliki nilai, makna dan simbol kebudayaan yang menunjukkan peradaban bangsa Indonesia. Oleh karena itu, generasi muda kita saat ini sudah seharusnya untuk dikenalkan dengan batik sebagai sebuah budaya yang perlu untuk dijaga. Jangan sampai batik kita diambil orang.

Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukkan jati dirinya melalui budaya yang dimilikinya. Budaya muncul dan berkembang dari fitrah berbangsa dan bermasyarakat. Bangsa Indonesia beruntung dengan kehadiran berbagai macam budaya yang tersebar di sekitar 17.000 pulau di nusantara.

Berkenaan dengan budaya, intelektual Muhammad Fethullah Gulen mengatakan bahwa budaya itu ibarat buah dari pohon masyarakat. Bangsa yang belum dewasa atau kehilangan budayanya sendiri terlihat seperti pohon yang belum menghasilkan atau kehilangan buah. Jika tidak hari ini, mungkin besok, pohon itu ditakdirkan untuk ditebang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline