Alkisah ada seorang penguasa agung yang memberikan 24 koin emas kepada dua pelayannya untuk digunakan untuk perjalanan menuju ladangnya yang indah tetapi sangat jauh tempatnya. Penguasa berpesan agar mereka menggunakan 24 koin emas itu dengan baik.
Di tengah perjalanan ada sebuah terminal dimana kedua pelayan bisa memilih apa alat transportasi yang akan digunakannya menuju ladang yang indah tersebut.
Pelayan pertama menggunakan koin emas itu dengan baik. Ia hanya mengeluarkan sedikit emas itu untuk modalnya berbisnis. Ketika sampai terminal ia bisa memilih moda transportasi yang paling cepat dan nyaman.
Sedangkan pelayan kedua, begitu malang dan rugi. Dia menghabiskan 23 koin emasnya untuk bermain-main dan judi. Tersisa lah 1 koin emas. Pelayan pertama berkata kepada pelayan kedua, "Gunakan 1 koin emas tersisa itu untuk membeli tiket agar kau tak berjalan kaki dan kelaparan di perjalanan panjang menuju ladang indah itu."
Begitulah cerita yang saya sadur dari salah satu buku karangan ustad Badiuzzaman Said Nursi yang berjudul "Risalah Al-Kalimat".
Dalam cerita tersebut ada beberapa kiasan. Yang dimaksud penguasa agung adalah Tuhan Sang Pencipta, 24 koin emas adalah 24 jam waktu, terminal adalah alam kubur, dan ladang indah adalah surga.
Sebenarnya sang ustad ingin menceritakan pentingnya ibadah shalat melalui cerita imajinasi tersebut.
24 koin emas itu adalah waktu yang diberikan Tuhan kepada kita. Diharapkan kita mampu menggunakan waktu itu dengan baik, minimalnya satu jam kita gunakan untuk ibadah shalat. Dengan begitu kita bisa menuju surga dengan nyaman kelak.
Hikmah Cerita
Lalu bagaimana kita mengambil hikmah cerita 24 koin emas ini pada kondisi saat ini? Ya, saat ini kita berada di tengah kondisi ekonomi yang sepertinya akan segera memasuki masa-masa resesi.
Kesulitan ekonomi dimasa pandemi memang tidak bisa terelakkan. Karyawan banyak yang di PHK, usaha kecil dan menengah (UKM) tak menentu karena daya beli masyarakat yang menurun dan sektor jasa pun terkena imbasnya.