Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Digital Citizenship untuk Mencegah Cyberbullying di Era Pembelajaran Daring

Diperbarui: 26 Juli 2020   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Digital Citizenship untuk mencegah cyberbullying |Sumber gambar: Shutterstock via lifestyle.kompas.com

Dua minggu sudah pembelajaran dalam jaringan (daring) di tahun ajaran baru dilaksanakan di sekolah kami. Banyak hal menarik yang tidak terpikirkan kami sebagai pendidik, terjadi di saat melakukan pembelajaran. 

Berbagai pelatihan menyambut era pembelajaran daring yang kami lakukan, terasa kurang. Ternyata masalah-masalah baru bermunculan.

Salah satunya adalah tentang cyberbullying. Kita menyadari isu bullying adalah salah satu isu hangat pada dunia pendidikan di era sebelum pandemi. Bullying menjadi hal yang tidak bisa dihindari. 

Banyak seminar dilaksanakan untuk mencegah terjadinya bullying di sekolah. Para ahli pun berlomba untuk berbagi berbagai macam cara untuk bisa mengatasi hal ini.

Menyoal Cyberbullying

Di era pandemi ini, masalah bullying seolah terlupakan. Tidak adanya tatap muka dan terbatasnya interaksi antar siswa membuat kita terlena akan permasalahan ini. Kita terlalu fokus untuk mencarikan solusi strategi metode pembelajaran yang baik untuk diterapkan di era daring.

Kini kita baru menyadari. Tak disangka, di era pembelajaran daring cyberbullying merajalela. 

Ya, bullying telah bertransformasi menjadi cyberbullying. Siswa dengan sangat mudahnya melakukan cyberbullying kepada temannya dengan menggunakan berbagai platform social media. 

Dari pengamatan kami, ada beberapa tindakan siswa yang bisa kita kategorikan sebagai cyberbullying. Misalnya, mengirim pesan atau komentar bernada menyakiti hati, menyebarkan rumor buruk, membuat akun fake untuk mengolok-olok siswa lain dan mengunggah gambar yang tidak semestinya dipublikasikan.

Bahayanya, semua itu bisa menyebar dengan sangat cepat sekali. Cyberbullying bahkan akan lebih menyakitkan karena semakin banyak teman yang akan mengolok-olok dan jejak digitalnya akan terus ada, jika tidak dihapus oleh si pengunggah. 

Karena tidak ada kontak fisik, cyberbullying pun lebih rentan untuk lebih sering dilakukan. Belum lagi tidak adanya pengawasan yang ketat dari orangtua dan guru membuat para pelakunya semakin menjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline