Video teguran Pak Jokowi kepada para Menteri dalam sidang kabinet ramai dibicarakan masyarakat. Dalam video tersebut Pak Jokowi menyoroti kurang maksimalnya penanganan pandemi di bidang kesehatan, sosial dan ekonomi.
Tak pelak video ini membawa isu langkah-langkah extraordinary yang mungkin saja dilakukan Presiden. Langkah politik atau pemerintahan siap diambil. Bisa jadi pembubaran lembaga dan reshuffle kabinet akan menjadi isu hangat beberapa bulan kedepan ditengah suasana pandemi yang serba tidak menentu ini.
Teguran untuk kita semua
Sebenarnya Pak Jokowi sedang jengkel dengan kita semua. Ya, kita sebagai rakyat Indonesia. Pandemi yang masih terus berlangsung, angka penyebaran yang terus bertambah menjadi indikatornya. Suka tidak suka, mau tidak mau, semua berhubungan dengan kita.
Sebaik apapun tindakan, keputusan, kebijakan yang akan diambil pemerintah tidak akan berhasil jika masyarakatnya masih belum memiliki kesadaran.
Perpu, Perpres dan Permen bisa saja dikeluarkan, tetapi yang lebih penting bagaimana efektivitas penerapannya di masyarakat.
Semua ini sangat bergantung kepada kita sebagai masyarakat. Apakah kita mau mengikuti peraturan, himbauan maupun kebijakan yang diambil pemerintah atau malah mengabaikannya. Jika melihat hal ini, maka sebenarnya teguran ini sebenarnya diberikan untuk kita semua.
Sense of Crisis
Jika kita cermati, teguran presiden tersebut sebenarnya disebabkan dari sebuah perasaan kurangnya sense of crisis. Beberapa kali Pak Jokowi mengulang-ulang kata ini. Inilah sebenarnya yang menjadi akar dari kemarahan beliau.
Lagi-lagi sebenarnya ini menuju kepada kita sebagai masyarakat. Sudahkah ada sense of crisis di masyarakat? Sayangnya masih belum terasa ada, jika tidak mau dikatakan tidak ada.
Sebuah manajemen krisis bisa berjalan dengan baik, jika sense of crisis sudah benar-benar dipahami. Tidak akan ada manajemen krisis, jika tidak ada sense of crisis.