Lihat ke Halaman Asli

mahiahita

Mahasiswa s1 Ilmu Keperawatan/Universitas Muhammadiyah Malang

Media Sosial dan Status Gizi Remaja : Apa Pengaruhnya bagi Kesehatan Generasi Z

Diperbarui: 26 Desember 2024   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber  Ilustrasi: halodoc.com

Pada masa remaja akhir, masalah gizi menjadi salah satu perhatian utama. Gizi yang kurang, gizi berlebih, hingga obesitas adalah masalah yang sering kali ditemui pada kelompok usia ini. Sebuah data yang diambil dari RISKESDAS 2018 menunjukkan bahwa prevalensi remaja yang mengalami kekurangan gizi mencapai 6,7%, sementara 9,5% di antaranya mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Fenomena ini menjadi penting untuk dibahas, mengingat dampaknya terhadap perkembangan fisik dan kesehatan remaja yang dapat berlanjut hingga dewasa. Salah satu faktor yang diduga turut berperan dalam masalah ini adalah penggunaan media sosial yang sangat luas di kalangan remaja masa kini.

Penelitian yang dilakukan oleh para dosen Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yakni Anggraini Dwi Kurnia, Nur Melizza, Nur Lailatul Masruroh, dan Yoyok Bekti Prasetyo, bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan media sosial dengan status gizi pada remaja akhir. Penelitian ini melibatkan 179 mahasiswa S1 keperawatan angkatan 2018 dan 2019 sebagai partisipan. Dalam studi ini, peneliti menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik purposive sampling untuk mengumpulkan data dari para mahasiswa yang aktif menggunakan media sosial.

Hasil penelitian ini cukup menarik dan menunjukkan beberapa temuan penting. Sebagian besar responden, yakni sekitar 66,11% atau 119 orang, berada pada kategori penggunaan media sosial yang sedang. Sementara itu, lebih dari setengahnya, yakni 58,7% atau 105 mahasiswa, memiliki status gizi yang normal. Namun, meskipun sebagian besar mahasiswa memiliki status gizi yang baik, hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media sosial dengan status gizi mereka. Hal ini terlihat jelas dengan nilai sig. (2-tailed) yang mencapai angka 0,425, yang lebih besar dari 0,005. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial tidak memiliki pengaruh langsung terhadap status gizi mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini.

Meski demikian, para peneliti juga mengungkapkan bahwa karena tidak ditemukan hubungan yang signifikan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggali faktor-faktor lain yang mungkin berperan dalam menentukan status gizi seorang individu, khususnya di kalangan remaja akhir. Anggraini Dwi Kurnia, salah satu peneliti dari UMM, menyampaikan bahwa temuan ini membuka peluang untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain seperti pola makan, tingkat aktivitas fisik, serta pengaruh lingkungan sosial yang bisa jadi lebih mempengaruhi status gizi mahasiswa.

Selain itu, Nur Lailatul Masruroh menambahkan bahwa meskipun penggunaan media sosial bisa memberikan berbagai dampak, seperti meningkatkan kesadaran tentang pola hidup sehat, tidak semua informasi yang ada di dunia maya dapat diterima begitu saja. "Beberapa informasi bisa saja menyesatkan, dan ini memerlukan kecermatan dalam menyaringnya," katanya.

Sementara itu, Nur Melizza juga mengingatkan bahwa meskipun hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan langsung antara media sosial dengan status gizi, hal ini tidak berarti bahwa media sosial tidak memiliki dampak sama sekali. "Penting untuk mengingat bahwa kebiasaan remaja dalam menggunakan media sosial dapat mempengaruhi pola pikir mereka tentang tubuh ideal dan kesehatan, meski secara statistik hubungan langsung belum terlihat," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Yoyok Bekti Prasetyo menekankan bahwa gizi yang baik sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental remaja. Oleh karena itu, meskipun penggunaan media sosial tidak menunjukkan hubungan signifikan dalam penelitian ini, penting bagi mahasiswa untuk menjaga pola makan yang sehat, serta rajin berolahraga agar dapat memiliki kualitas hidup yang baik di masa depan.

Dengan hasil penelitian ini, para peneliti menyarankan agar mahasiswa lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, terutama dalam memilih informasi yang berhubungan dengan kesehatan dan gaya hidup. Mereka juga mendorong untuk lebih memperhatikan aspek-aspek lain yang bisa mempengaruhi status gizi, seperti pendidikan tentang pola makan yang benar, serta pentingnya kegiatan fisik yang cukup. Sebagai langkah lanjutan, penelitian ini mengusulkan untuk terus mengidentifikasi faktor-faktor lain yang lebih mempengaruhi status gizi pada kalangan remaja, agar dapat menciptakan pendekatan yang lebih efektif dalam mengatasi masalah gizi di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline