Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Mahfudz

Bakul Jamu

Ketika Media Massa Tak Lagi Memihak Masyarakat

Diperbarui: 29 Desember 2015   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media massa atau yang biasa disebut media adalah sarana atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas yang bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak (masyaraka). Ada tiga jenis media massa yang biasa digunakan. Yaitu, media massa cetak, media massa elektronik, dan media massa online. Media massa cetak adalah media yang dalam menyampaikan informasinya menggunakan cetakan cetakan pada lembaran kertas kertas. Yang termasuk media cetak diantaranya adalah: Koran, majalah, tabloid, bulletin, dll. Media massa elektronik adalah media yang dalam penyajiannya menggunakan gambar-gambar, video, dan atau suara. Contoh media massa elektronik adalah televise, radio, film, dll. Sedangkan media massa online yaitu media massa yang dalam penyajiannya menggunakan jaringan internet seperti, website, blog, dan banyak situs situs yang di sajikan di internet. Sebenarnya media ini juga termasuk dalam media elektronik.

Di Indonesia ada ratusan bahkan mungkin ribuan media massa, baik itu media cetak, media elektronik, maupun media online yang tersebar di seluruh penjuru negri. Selain itu media dari luar negri juga dengan mudah bisa di aksese. Sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengakses informasi yang dinginkan. Tapi dari begitu banyak media tidak sedikit pula media yang menyampaikan informasi tidak berdasarkan fakta dan kebenaran. Memeng tidak ada kebenaran yang mutlak, tapi setidaknya mendekati kebenaran. Bahkan bukan cuma soal kebenaran dan fakta, tapi apa manfaat yang diperoleh khalayak dari pers itu sendiri.

Media massa hendaknya mempunyai loyalitas yang tinggi pada masyarakat. Dan media massa seharusnya menyampaikan informasi yang memeng perlu di ketahui oleh khalayak. Tidak jarang media mengangkat suatu isu ke permukaan, di eksplor secara besar besaran untuk mengalihkan perhatian publik dari kejadian atau hal yang memang perlu untuk di ketahui publik. Sehinnga perhatian publik fokus pada hal hal yang di besar besarkan oleh media dan tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih penting di balik pemberitaan itu. Bahkan terkadang pemberitaan antara satu media dengan media yang lain berbeda. Contoh misalnya di media A memberitakan bahwa si C bersalah sedangkan di media B memberitakan si C tidak bersalah. Ini menandakan bahwa ada kepentingan lain di balik pemberitaan itu. Ada pihak pihak lain di balik media itu, baik itu berupa suatu lembaga komunitas tertentu, kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan termahal, pemerintah, dan banyak kepentingan lainnya. Berita mempunya banyak aspek, punya banyak sisi, dan isinya berita bukan sekadar informasi netral. Berita di sajikan terkait dengan kepentingan dari sejumlah aktor. Dapat di katakana media tidak lagi berfungsi untuk menyampaikan informasi yang akurat, benar, dan berimbang kepada masyarakat. Namun, media lebih difungsikan sebagai alat propaganda, pengarah, dan penggalang massa dengan kepentingan kepentingan dari pihak pihak tertentu. maka dari itu di sini kita melihat perlunya memahami apa yang dinamakan “politik media”?, siapa yang berdiri di balik media?, ada apa di balik pemberitaan dari suatu media?, dan politik seperti apa yang dimainkan di media ?

sebagai konsumen media, hendaknya kita harus selalu bersikap kritis dan selektif melihat sesuatu di media. Kita tidak boleh secara polos dan lugu menerima begitu saja pesan-pesan yang disampaikan oleh suatu media. Karena apa yang tampak di pemukaan belum tentu menampilkan seluruh realitas. Berita yang kita baca di suratkabar, kita dengar di radio, atau kita saksikan di layar televisi, mungkin tidak menampilkan seluruh realita. Bahkan mungkin tampilan permukaan itu justru sengaja dirancang untuk mengecoh dan mengalihkan perhatian publik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline