Lihat ke Halaman Asli

Mahfudz Tejani

TERVERIFIKASI

Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Mantan TKI Ini, Pasarkan Biji Karet ke Luar Negeri

Diperbarui: 20 Februari 2019   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Indonesia adalah salah satu penghasil karet terbesar dunia, disamping negara Thailand, Malaysia, dan India. Sebagai komoditas penting dalam kehidupan manusia, karet merupakan bahan baku produk yang memerlukan kelenturan/elastis dan tahan goncangan. Seperti ban, pipa/selang minyak, bola, dan sebagainya.

Menurut thedailyrecords.com, luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2019 ini, mencapai seluas 3,5 juta hektar. Lokasi utama areal perkebunan tersebut meliputi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan Jawa. Indonesia menyumbang 27,3% produksi karet global, dengan tujuan eksport utama ke USA, Singapura, China, Brazil, dan Jepang.

Untuk saat ini, pohon karet hanya dimaksimalkan pada produksi utamanya, yaitu lateksnya. Sedangkan buah karetnya banyak yang tidak memanfaatkanya. Salah satu alasan utamanya adalah biji karet itu termasuk buah yang mengandung racun. Sehingga mengundang orang malas untuk mengolahnya sebagai sumber makanan.

Padahal pada saat ini, buat karet sudah bisa diolah menjadi aneka makanan dan cemilan. Mulai dari tempe, emping, es krim, dan tepung biji karet. Bahkan biji karet bisa diolah sebagai sumber energi alternatif seperti briket, biokerosin, biopelet, biodiesel, dll.

***

Dokpri

Peluang ekonomi dari buah karet itu diliirik dan dimanfaatkan secara maksimal oleh Ifendayu, ibu rumah tangga dari desa Jati Mulyo, kecamatan Jenggawah, Jember Jawa Timur. Mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ini menjadikan buah karet sebagai sumber penghasilan keluarga. Buah karet yang kurang dimanfaatkan di kampungnya, diolah menjadi cemilan "Biji Karet Goreng" dan dijadikan sumber ekonomi keluarga.

Pada mulanya, Ifendayu hanya menjual biji karet olahannya dalam ruang lingkup kecil. Para tetangga dan para sahabatnya menjadi target pasar utamanya. Kemasannya masih sangat sederhana, hanya dimasukkan ke dalam toples plastik, kemudian hanya diisolasi pada penutupnya saja.

Beberapa waktu kemudian, dengan memanfaatkan kekuatan media sosial, Ifendayu mulai memasarkan produknya secara gencar dan intensif. Kemasan produknya sudah mulai dikemas dengan apik dan sudah ada brandingnya.

Ada peningkatan dalam kemasan produk biji karet gorengnya, kalau pada awalnya menggunakan toples dengan diisolasi pada penutupnya. Sekarang produk biji karet gorengnya sudah berplastik berzip, dengan kemasan merk berwarna hijau diluarnya.

Dokpri

Disamping itu, kemasan beratnya sudah beragam mulai dari 200 gram hingga 1 kilo gram per bungkusnya. Dan dimasukkan ke dalam sebuah goodie bag dengan logo dan kemasan yang sama pada setiap pembeliannya.

Sekarang pasar biji karet gorengnya, bukan hanya sekedar meliputi kota Jember dan sekitarnya. Namun sudah mendapat permintaan dari berbagai kota di Indonesia. Bahkan permintaan akan produk "biji Karet Gorengnya" sudah merambah ke luar negeri. Mulai dari Malaysia, singapura, Hongkong, Taiwan, Macau hingga ke Qatar.

Disamping memasarkan biji karet goring, Mantan TKI kreatif ini juga mengolah dan mengemas bawang goreng sebagai produksi ekonomi keluarga. Bahkan mengemas ikan pindang dan plintiran jamu, sebagai usaha sampingan setelah biji karet goreng.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline