[caption caption="Generator listrik Air Terjun"][/caption]
Pagi itu,tapi tidak terlalu pagi. Jam 10.00 WIB masih pagi, saat orang-orang masih biasa mengucapkan selamat pagi, saat bertemu dengan kawan-kawan yang aku sapa dengan nurani. Saya beranjak kaki dengan teman-teman mencari suasana rileks ke tempat rekreasi. Sebuah ide brilian dari sahabat sejati mengajak ke sebuah tempat yang lama dia tidak kunjungi, yaitu Air Terjun yang sangat alami dan menyimpan banyak potensi.
Sesampai di lokasi, yang awalnya ingin melihat keindahan air terjun, ternyata sampai di sana terlihat sesuatu yang tersembunyi di balik air terjun yang tumpah dari ketinggian 15 meter lebih, maklum tidak terukur, dari pebukitan Krueng Kala. Di balik air terjun Suhom yang berada di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar ternyata sudah berdiri sebuah unit pembangkit listrik tenaga air yang diberi nama mikrohidro.
Mikrohidro adalah pembangkit listrik tanpa menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Energi air terjun ini dikonversi menjadi energi listrik yang mampu menerangi masyarakat sekitar dengan Daya 45 KW. Energi yang dihasilkan mampu menerangi 3 Desa atau 200 kk yang berada berdekatan dengan air terjun itu. “Mikrohidro ini tidak pernah mati selama air dari pebukitan masih mengalir menggerakkan turbin, ” Ujar Darmansyah (35), salah seorang operator listrik itu (27/012016).
Pembangkit listrik tenaga air ini awalnya dibantu oleh perusahaan Coca Cola bekerja sama dengan masyarakat yang berdomisili di sekitar air terjun pada tahun 2006. Investasi untuk mengubah energi air menjadi energi listrik menelan biaya yang lumayan besar, yaitu Rp. 2 milyar. Sebuah angka fantastis untuk jangka pendek, namun sangat menguntungkan dari banyak sisi dalam jangka lama.
[caption caption="Koperasi pengelola Mikrohidro"]
[/caption]
Dari hasil bincang-bincang dengan beberap petugas atau operator terungkap bahwa pembangkit listrik mikrohidro sudah memiliki manajemen yang sangat bagus. Sebuah koperasi yang bergerak di bidang energi listrik didirikan warga secara bersama-sama untuk keberlanjutan mikrohidro itu dalam jangka waktu yang lama. Koperasi Tuah Sabeena Sejahtera (TSS), sejak 2006-sekarang, sudah mampu mempekerjakan 4 orang operator yang setiap hari bertugas bergilir (shift) dengan gaji jutaan rupiah per bulan.
“Unit pembangkit listrik ini terkoneksi dengan PLN. Jadi, masyarakat membayar rekeningnya ke kantor pembayaran PLN. Kemudian PLN menyetor sejumlah pemasukan per bulan kepada Koperasi TSS,” ungkap Darmansyah. Saat saya singgung mengenai subsidi kepada masyarakat sekitar, dia mengakui subsidi sangat jelas ada untuk masyarakat yang kurang mampu. Bahkan, hasil usaha dari koperasi TSS sebahagiannya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.
Potensi air terjun Krueng Kala ini masih dapat dibangun satu unit lagi untuk menambah kapasitas penerangan (daya listrik). Sayangnya, pemerintah belum tergerak untuk membantu mengembangkan potensi yang ada di tengah-tengah masyarakat itu. Padahal, dengan hanya mengeluarkan Rp. 2 milyar akan membawa dampak positif bagi daerah dan masyarakat. Terciptanya lapangan kerja, menambah sumber pendapatan daerah, terlindunginya hutan dan ekosistem di sekitarnya, dan dampak positif lainnya.
[caption caption="Air Terjun"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H