Lepas daripada bayang-bayang ironi,
seorang Pujangga tertidur lelap.
Remang-remang terlihatlah rembulan,
mendekap sang Pujangga yang terlelap.
Padanya berbisik, sesosok guru lama.
Menyahut bersama rintihan awan, bertanyalah ia:
kapan kiranya Pujangga tertambat rembulan?
Senyatanya telah hilang padanya kilauan kama
Pujangga, kau terlena!
Demikian guratan pena bermekaran,