Lihat ke Halaman Asli

Hukuman kepada Habib Rizieq Sebab Keadilan Sejahtera

Diperbarui: 19 Desember 2020   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hukum semestinya Hukum pemerintah, wajib menjaga wawasan pada umumnya yang sejahtera. 

Turut berduka sebab kekonyolan FPI Anggota sendiri. Jangan salahkan polisi Sabab...,

Hati-hati kita membela sebuah forum, dalam wawasan sebagai objektif, wawasan sehat adalah ilmu, maka islam bukan yang saya benci, kecuali tingkah laku yang tidak tunduk pada aturan, bagaikan "tomas edison" dia yakin dalam gambaran bahwa gaya hidup harus harmonis dengan alam, maka penemuan penciptaan "lampu" di buatnya dalam "Keyakinan" pasti bisa menjadi gaya hidup modern. 

Pertanyaan ceritanya anda yang islam atau anda yang masuk forum front pembela islam, sedang patah hati hingga ribut. dan tidak biasa menerima wawasan anda di koridor salah.Thomas Edison menemukan yakin wawasan dari halusinasinya "benar saya yakin bisa jadi lampu" dan saya simpulkan apa apakah wawasan front pembela islam selalu menjadi apa apakah beban subjek islamnya. 

Dari jika gaya hidup islammu bersatu. tapi bagaikan thomas edison pemimpinmu apakah manusia super lebih hebat dari Thomas edison, selalu benar di setiap saat lebih hebat dari bentuk sempurna tingkah laku tuhan terkesan bukan "???"bila kamu Simak cerita ini untuk akui di tangkapnya  Pemimpin FPI MEMANG SALAH Sebab , dalam hidupnya  selalu gagal "Thomas Edison", hanya satu kesempatan dan hanya satu lampu pencerahan dari semua wawasan gagal dalam bilantara formula membuat lampu.

Apakah habib riziq tiap hari wawasannya ialah wawasan Kreteria bagai semua formula pemikirannya benar ? maka saya tertawa... itu apa sebagai manusia.sebagai anggota masyarakat apalagi bukan karena sumber rezeki maka biarkan dia di tangkap dan hukum sesuai kreteria, dan penembakan itu sebab formula salah cara berdakwah islam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline