Himbauan pemerintah masih sama, untuk tetap di rumah aja. Mengurangi segala aktivitas di luar ruangan yang mungkin menyebabkan kontak dengan orang banyak.
Bagi beberapa orang mungkin sedikit menyiksa. Karena aktivitas menjadi terbatas dan interaksi dengan orang lain tidak bisa intens seperti sebelum pandemi ada.
Kalau untuk saya dan mungkin beberapa penyintas lain. Yang pernah mengalami isolasi ataupun dirawat karena Covid. Rumah masih merupakan tempat ternyaman.
Kita dapat berkumpul bersama keluarga. Berbincang hangat, berbagi keluh kesah setelah sekian lama terpisah karena harus dirawat di rumah sakit cukup lama.
Walau sudah mulai bekerja lagi, namun memang tidak seperti dulu. Saat perusahaan masih banyak kegiatan yang membuat terpaksa sering kerja over time.
Waktu interaksi di rumah semakin banyak. Hari Senin sampai Jum'at terutama di bulan puasa, Maghrib sudah tiba di rumah. Padahal dulu sering sekali pulang malam bahkan tidak pulang ke rumah karena padatnya pekerjaan.
Hari Sabtu dan Minggu, sekarang juga sudah pasti ada di rumah. Kembali menikmati libur seperti para pekerja pada umumnya.
Di bulan puasa ini, Indonesia masih belum bisa lepas dari bayang-bayang pandemi seperti tahun lalu. Jadi aktivitas luar rumah juga berkurang.
Selain itu tentu saja sedikit banyak ada pengaruh dari faktor ekonomi yang perlu pengetatan anggaran. Sehingga ada pengurangan pengeluaran-pengeluaran yang kurang penting bagi setiap keluarga.
Jika ditanya apa aktivitas saya selama bulan ramadan di rumah aja. Tentu saja saya akan jawab. Seperti umumnya umat muslim. Saya berusaha lebih mendekatkan diri kepada bantal. Ehh.
Maksudnya lebih mendekatkan diri kepada Allah. Hehehe. Memperbanyak zikir, shalat dan membaca Al Quran. Serta melihat tayangan-tayangan yang menambah keimanan dan pengetahuan agama baik lewat tv maupun gawai.