Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Paripurna

Berkarya di Swasta

Dingin

Diperbarui: 6 Desember 2020   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com

Angin mendesau
Menyelusup di sela-sela daun jendela
Membawakan pesan
Semilir pada kulit yang kian membiru
Tentang perjalanannya seharian menjelajahi kota

Dingin,


Angin itukah yang membuatmu


Meringkuk di balik selimut awan tebalmu


Lalu mengapa sudut matamu berkilau cahaya?


Kabar apa yang tlah ia bawa
Tak bosankah ia membawakan sekeranjang duka
Atau berita tentang dia yang kembali ingkar janji
Tuk menghiasi angkasa

Kemarin kau katakan
Malam ini kan kau cicipi kesunyian
Bersamanya
Sampai kokok ayam jantan
Pertanda fajar tiba
Kemana nyanyian ceria yang kau bawakan seusai petang

Dingin,


Tak kudengar suara


Dalam senyap
Samar ku lihat rembulan
Menitikkan air mata di balik awan hujan
Karena malam ini
Sang bintang enggan menjumpai lagi kekasihnya
Menutup diri dalam jubah gulita angkasa

Hanya tetesan-tetesan air yang kian lebat
Membasahi tubuhku yang menyatu dalam pekatnya tanah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline