Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Paripurna

Berkarya di Swasta

Puisi | Sepiring Nasi Siang Hari

Diperbarui: 4 Maret 2019   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com


Dalam tatap layar yang nanarkan pandang
Mata seolah diam terpancang
Seiring bunyi ketukan mesin-mesin pencetak tulisan
Yang buat telinga tertulikan

Secangkir kopi yang tersisa
Tlah hilang kehangatannya
Usai pagi berlalu dengan tergesa
Dalam setangkup roti aneka rasa

Mataharipun kian meninggi
Isyaratkan kaki-kaki berlalu pergi
Tuk mengisi lambung yang tak henti bernyanyi
Dalam alunan sumbang nan nyeri

Sepiring nasi siang hari
Mungkin masih dapat terbeli
Oleh kantong para pekerja
Usai waktu istirahat tiba

Sementara dalam terik matahari yang menyengat
Tangan-tangan kasar masih tetap semangat
Berpeluhkan debu dan keringat
Berjibaku dengan lumpur jalanan demi sesuap nasi yang terkadang tak lagi diingat

Lalu jika senja tiba usai seharian singsingkan lengan
Kau tahu akan kemana langkah-langkah mereka berjalan ?
Ke peraduan nan sejuk penuh rasa nyaman
Ataukah berbaring bertemankan kucing-kucing emperan

Mungkin hanya sepiring nasi siang hari
Tapi janganlah pernah lupa tuk kita syukuri
Karna putaran roda nasib mungkin paksa kita bertukar posisi

Semua hamparan peristiwa hadir di sekeliling bumi
Sebagai renungan tuk pengingat diri

Tangerang, Maret 2019
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline