Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Paripurna

Berkarya di Swasta

Gerimis dan Dendam Asmara

Diperbarui: 11 Februari 2019   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Pada gerimis yang hiasi hari ini
Aku tak ingin lagi bertanya
Kemana tangis yang ku dengar kemarin
Di sela tetesan air yang jatuh di dahan pepohonan

Mungkin duka tlah sirna
Atau justru sedang saling berbagi cerita
Tentang pedihnya nestapa
Dari duri yang menusuk-nusuk cinta

Aku pun tak tahu pasti
Siapa pemilik tangis yang tak mau tampakkan muka
Rasanya dia seorang wanita
Lembut mendayu nyanyikan syair tentang lara

Awan gelap di angkasa
Juga seolah menutup mata dan telinga
Kala aku menatap penuh tanya
Dan menanti jawab akan sebuah tarian luka

Untunglah dewa petir cukup bijaksana
Mau sedikit buka suara
Rupanya si wanita yang kudengar menangis kemarin
Sedang penuh suka cita dalam pelukan dinginnya angin

Kau tahu mengapa
Rupanya sang penghianat cinta
Tlah hangus terpanggang
Oleh halilintar yang menyambar di tengah tanah lapang

Dan samar kulihat di langit senja
Seorang wanita s
edang asyik bercengkrama
Bersama dewa hujan di atas singgasana

Lamat kudengar ia berkata


Terbalas sudah dendam asmara



Tangerang, Februari 2019
Mahendra Paripurna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline