Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Paripurna

Berkarya di Swasta

Perempuan yang Memakiku Setan

Diperbarui: 30 Januari 2019   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Pakaiannya lusuh
Layaknya ratusan hari air tak sudi membasuh
Tangan keriputnya kerap terkepal
Sesekali menepuk jalanan beraspal

Pergi kau,
Wanita tua itu mulai meracau
Mulutnya tak henti berkicau
Berceloteh tentang kelamnya masa lampau

Kau lelaki setan,
Matanya liar menatap dengan penuh ancaman
Ia menolak makanan yang ku berikan
Dan menepis sebotol minuman yang kusiapkan

Aku tahu hatinya terluka
Oleh dua pria
Yang dulu sangat dia cinta
Tapi sekarang tlah pergi entah kemana

Pria pertama adalah kekasih hati
Yang memilih untuk kabur dan lari
Usai tega menghamili
Dan memberi seorang jabang bayi

Pria kedua adalah sang buah hati
Yang tak kenal balas budi
Menghilang karena malu beribukan seorang gila dan tuli
Yang kini bahkan tak kuat lagi menopang tubuh tuk berdiri

Dasar setan,
Tak kuhiraukan segala makian
Rasa lapar mungkin mulai buat ia mau memakan
Roti manis yang kusodorkan

Sebagian ingatan sepertinya tlah lenyap dan tak ada lagi
Termakan oleh segala rasa benci
Yang terus menggerogoti
Dan menyusup keseluruh urat nadi

Andai saja terbersit sedikit ingatan
Akan bocah yang dulu bermanja dipangkuan
Yang dulu tlah tinggalkan kesedihan
Dan menyayat hati untuk segala yang perempuan itu perjuangkan

Mungkin ia akan mengerti
Mengapa air mataku tak jua mau berhenti
Mungkin ia akan riang menari
Andai tahu bocah kesayangannya kini tlah kembali

Tangerang, Januari 2019
Mahendra Paripurna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline