Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Paripurna

Berkarya di Swasta

Dalam Hening Kulihat Rembulan Menangis

Diperbarui: 21 Januari 2019   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Dalam hening kulihat rembulan menangis
Sesenggukan membelah senyapnya malam
Tetesan air mata yang tak ada habis
Menyentuh tanah-tanah kering dan pepohonan yang dilanda muram

Mungkin kau menyangka
Rembulan sedang lelah
Mengejar mentari yang berlarian di angkasa
Seakan rindu yang tak jua bertemu langkah

Bukan, bukan itu
Rembulan tlah pasrah akan mentari
Serupa takdir kematian yang pasti bertemu
Memegang janji tuntaskan rindu di hari akhir nanti

Angkara murka di dunia
Sumpah serapah anak manusia
Taburi bumi dengan cuka neraka
Membuat bergolak ketenangan dataran dan samudera

Lihatlah gunung-gunung tak henti keluarkan amarah
Lautan terus menggulung resah
Sementara perut bumi bergetar memendam muntah
Siap merekah dan terbelah

Air mata kesedihan itu tertumpah
Melihat pesan dari Sang Pencipta
Untuk insan yang terus ingkar dan berbuat salah
Tak pandai membaca peringatan alam seolah buta

Terselip air mata bahagia akan kasih yang terus merapat
Penanda waktu jumpa yang kian mendekat
Bersua mentari sang kekasih hati
Di Hari Perhitungan yang mungkin kan datang sebentar lagi

Tangerang, Januari 2019
Mahendra Paripurna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline